Hujan sudah reda dan hari telah berganti sore. Aku masih duduk di peron. Menunggu…menunggu kehadiran Aris. Dadaku hampir sesak dibuatnya. Rasanya ingin menangis saja karena kesal. Aku tidak suka menunggu. Sejak dulu aku tidak suka menunggu.
Puluhan kali aku melihat bis datang dan pergi silih berganti. Namun ia belum datang juga. Aku menatap kerumunan orang-orang, siapa tau dia ada disana. Membawakan sekuntum mawar untukku.
Dimana kamu ?
Aku ingin menangis.
***
"I Miss U", Aku memeluk tubuh Aris yang bidang. Aku suka pria ini. Suka pria dewasa, suka keharuman tubuhnya. Aku suka sesuatu yang ada dalam diri Aris.
"I Miss U to", Balasnya.
"Eitc….bayi kamu", Kataku. Aris melepasakan pelukannya.
"Apa…?", ucapkan sekali lagi kata-kata itu.
"Ya…aku hamil…kamu akan menjadi Ayah.
"Apa….?", Wajahnya memerah.
Aku tersenyum melihat kepanikannya.
"Gila…."
"Apanya yang gila…", Aku tertawa.
"Aku belum siap jadi Ayah".
"Tapi…kenapa suka begituan…", Tanyaku sambil geleng-geleng kepala.
Aku tersenyum lalu pergi meninggalkannya.
"Sayang…tunggu…".
"Apa….merried yuk…".
"Kapan…".
"Besok…".
"Boong……", Teriakku.
Aku tersentak. Merasakan ruh bersatu dengan tubuhku. Percakapan barusan masih terngiang-ngiang dalam ingatanku. Hanya sebuah mimpi.
Aku memandang langit-langit kamar. Memeluk guling. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku. Aku lelah. Perlahan-lahan menutup mata kembali. Mencoba tidur.
***
Masih dengan lagu-lagu Melly Goeslaw di winamp-ku. Aku memejamkan mata sambil mendengarkan lagu-lagunya. Memeluk majalah.
Tanpa terasa perlahan-lahan hari menjadi gelap. Aku melihat itu dari balik jendela kamarku. Aku bangkit dari pembaringan. Aku ingin keluar. Menikmati angin malam. Ku raih jaket yang tergantung di gantungan baju lantas mengenakannya ditubuhku.
Akhirnya aku mengunci pintu kamarku. Pelan-pelan meninggalkan kostku.
Entah mau ke mana malam ini ?
Sepanjang jalan yang kulalui tanpak deretan penjaja makanan di malam hari, ada roti bakar, sate, nasi goreng, gorengan hingga Mie ayam. Aku tak tergugah sama sekali untuk singgah di salah satunya, terus berjalan mengikuti arus pikiranku yang tek menentu. Sejak tadi Aris tak menghubungiku sama sekali. Aku merindukannya. [Tamat] [Selvia Chang / Gorontalo / Tionghoanews]