Kelakuan buruknya itu mulai muncul sejak ia tak didampingi lagi oleh istrinya karena bercerai. Sejak awal, aku memang sudah melihat 'bakat' genitnya, tapi aku tak begitu memperdulikannya karena diluar sifat itu, Pak Mus sebenarnya orang yang baik. Ia begitu menyayangi menantu-menantunya termasuk aku, ia juga seorang ayah yang bertanggung jawab. Semua anak-anaknya dibekalinya sebuah rumah masing-masing satu untuk kami tinggali. Namun semenjak Pak Mus bercerai, suamiku memutuskan untuk tinggal bersama kami dan merawatnya.
Pada dasarnya aku sangat menghormati beliau, tapi belakangan sikap genitnya semakin membuat aku jengkel. Bukan apa-apa, ia tak pernah melihat situasi saat sikap genitnya muncul, bahkan ketika anak-anak dan menantu-menantunya ada didekatnya, Pak Mus tak segan-segan menggoda dan merayu perempuan yang kebetulan ada di dekat kami, entah itu perempuan yang masih muda ataupun yang sudah berumur bahkan anak-anak yang masih berumur belasan tahun.
Pernah suatu ketika, saat menggelar arisan ibu-ibu di rumah kami, Pak Mus dengan pedenya bergaya bak ABG, mengenakan celana blu jean yang dipadu dengan T-shirt, berkaca mata hitam sambil mengumbar senyum, menampakan gusi yang giginya tinggal sebagian. Sebenarnya saat itu aku ingin tertawa geli melihat penampilannya, tapi saat aku melihat ia mulai menggoda ibu-ibu yang hadir dengan cara mencolek dan mencubit salah satu dari mereka, aku jadi malu. "Puber ke berapa sih bapakmu itu, pake cubit-cubit pipi orang segala, ga inget umur apa?"
Aku hanya bisa meminta maaf, saat ibu-ibu itu memprotes sikap Pak Mus yang di nilai keterlaluan. Dilain waktu aku mendapat pengaduan dari para tetangga yang melihat Pak Mus mejeng disebuah mall dan sedang bercanda ria dengan para ABG. Saat ia pulang, aku mencoba menanyai kebenaran berita itu dan Pak Mus dengan enteng hanya menjawab, "Ah, biasalah namanya juga anak muda," ya ampun pak, bapak itu sudah tua. Tentu saja kata-kata itu cuma ada dalam hatiku.
Suatu kali aku bahkan penah didatangi seorang ibu, yang mencari-cari Pak Mus. Ibu itu mempermasalahkan kelakuan Pak Mus yang sering menggoda dan merayu anaknya yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP, "Anak saya jadi takut ke sekolah gara-gara sering di goda laki-laki tua yang katanya tinggal disini, tolong dong dik, di nasehati orang tuanya, jangan sampe saya lapor ke polisi," kata ibu itu sambil bersungut-sungut.
Karena sering mendengat keluhan dari berbagai pihak, kami sekeluarga akhirnya memberanikan diri untuk menasehati bapak. Namun bukannya sadar, seperti sebelumnya bapak hanya tersenyum-senyum, "Lho bapakan ga pernah menyakiti mereka, bapak cuma ajak mereka nonton, makan diluar, harusnya mereka berterima kasih dong sama bapak karena udah di traktir, kok orang tuanya malah marah-marah, bapak jadi heran, mestinya mereka bangga dong anaknya di traktir laki-laki seperti bapak, tenang saja, bapak tak bakal menghamili salah satu dari mereka,"
Bukannya mendapat jalan keluar, kami malah menjadi tambah pusing dan bingung. Kami semua sudah tak bisa berbuat banyak, karena memang tingkahnya itu tak pernah membuat kami repot dalam urusan keuangan, bapak memang masih memiliki tabungan yang sangat cukup dan kami percaya bapak tak akan bertindak lebih jauh saat menggoda para ABG, karena sering kali ia berkata bahwa ia cuma ingin bersenang-senang.
Suamiku sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala mendapati bapaknya yang semakin bertingkah genit, berpenampilan layaknya anak muda, keluar masuk salon untuk menyemir rambutnya yang sudah dipenuhi dengan uban, bertelepon ria dengan HP keluaran terbaru. Bahkan terakhir aku melihat ada anting yang menggantung di telinganya yang sebelah kiri. Dalam hati aku bertanya-tanya, "duhh, darimana sih bapak punya inspirasi sampai sejauh itu. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]
--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------