Tetapi ketika manusia tak berdaya saat itulah Tuhandapat berkarya. Pada suatu hari wanita itu ternyata mengandung. Terbayang betapa bahagianya mereka. Namun sayang, tidak lama lewat beberapa bulan ada berita dari dokter, anak mereka cacat. Tak mungkin anakmu bisa berdikari. Selalu harus diurus, dilayani, disuap, dan diurus, demikian kesimpulan dokter.
Baik dokter, maupun banyak orang lain mengusulkan untuk aborsi, menggugurkan saja. Akan tetapi mereka tidak mau. Siapa tahu dokter mendiagnosis salah atau keadaan anak mereka bisa membaik. Ternyata tidak. Ketika anak itu lahir, mereka terkejut. Ternyata anak mereka sangat abnormal. Tiada mata, kepalanya kecil, otaknya rusak.
Sejenak orangtua itu menahan napas. Berundinglah dan menangis. Kemudian kata suaminya, rupanya inilah hadiah, dan anugerah masa depan yang Tuhan berikan kepada kita. Mari kita terima, urus, dan sayangi. Sejak saat itu mereka berdua menyediakan waktu agar anak mereka berbahagia, walaupun anak itu tak mampu tertawa, berbicara, atau tersenyum. Banyak orang menggelengkan kepala. Mereka kasihan melihatnya.
Tetapi kesaksian ibu dan bapak itu beda sekali. Kata mereka, berkat pelayanan pada anak mereka, mereka berdua bisa bangkit, menjadi pasangan yang akrab dan menjadi bahagia dalam melayani anak itu. Mereka merasa dan yakin bahwa anak mereka pun bahagia, damai, dan tenteram. Kendati ada kekecewaan, namun mereka mendapat kekuatan untuk tidak menyerah kalah, tenggelam dalam kesedihan, malahan bangkit, menjadi pasangan yang hidup dan menghidupkan.
Ada banyak orang yang dalam hidupnya mengalami kekecewaan, kesedihan, atau kegagalan. Apa reaksi kita ? Menyerah kalah, terus menangis, atau malahan menemukan kekuatan pada Tuhan dan bangkit berdiri dan karenanya bertumbuh dan berbuah. Menjadi kaya dalam kemiskinan. [Henny Loh / Surabaya]