KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 22 Oktober 2011

GEYLANG, CHINATOWN SINGAPORE

Chinatown di Singapore, yang pertama adalah wilayah permukiman dan komersial yang, oleh Pemerintah Kolonial Inggris, diperuntukkan bagi imigran Cina. Kawasan tersebut meliputi kawasan Pagoda Street, South Bridge Road, Sago Street, dan beberapa jalanan kecil di sekitarnya.

Ada beberapa etnis di kawasan ini. Etnis Hokian Chinese kebanyakan menempati Havelock Road, Telok Anyer St., dan Chulia St. Sementara, etinis Tiociu berada di Circular Road, River Valley, dan Boat Quay. South Bridge Road, Upper Cross Road, dan Bukit Pasoh Road menjadi tempat berkerumunnya etnis Kongfu (Cantonese).

Sekarang, etnis Hokian dan Tiociu telah keluar dari wilayah tersebut. Mereka telah menyebar ke daerah lain. Tetapi etnis Kongfu masih mendominasi tempat tersebut.

Chinatown dikenal sebagai Kereta Ayer. Orang Chinese menamainya Niu Che Sui yang artinya Melayu. Kereta Ayer merupakan "daerah lampu merah".

Bangunan di sekitar Chinatown sudah ditata lebih apik oleh pemerintah. Ada beberapa pusat perbelanjaan terbesar yang tersohor di sini seperti People's Park, Cinatown Point, dan OG. Shoppaholic asal Indonesia pasti mengenal betul pusat-pusat perbelanjaan ini.

* Kawasan Geylang

Geylang berasalah dari dialek Hokian yang berarti kandang ayam. Entah karena sejak dulu banyak terdapat ayam atau kemudian menjadi tempet beroperasinya ayam berwujud manusia. geylangi memang dikenal sebagai kawasan prostitusi resmi di Singapore.

Rumah-rumah brothels di Geylang kadang-kadang bersebelahan dengan rumah penduduk biasa. Agar para lelaki hidung belang tidak tersesat, rumah brothels ditandai dengan nomor besar dan lampu merah.

Para wanita pekerja seksi di Geylang kebanyakan pendatang dari Thailang, China, Malaysia, Filipina, India, dan Indonesia. Status mereka ada yang legal maupun ilegal. Padahal, imigrasi Singapore terkenal ketat, lho. Tetapi, kok, gampang juga dibobol.

* Jalanan di Geylang

Geylang Road merupakan jalan utama yang bercabang-cabang dengan banyak lorong. Dimulai dari lorong 2 dan beberapa lorong lain yang merupakan distrik lampu merah.

Kawasan Geylang dibatasi jalanan Kallang Paya, PIE, Paya Lebar Road, dan Mountbatten Road. Sedangkan stasiun MRT terdapay di Aljunied dan Paya Lebar. Sepanjang jalan, banyak berjajar ruko-ruko model tahun 1900-an.

Sekitar 1970-an, aku pernah tinggal di Siglap View, dekat St. Stephen's School. Siglap bertetangga dengan kawasan Geylang sehingga aku kerap melintasi daerah ini.

Dulu, saat bulan Ramadhan, suasana di Geylang ramai dan meriah. Pasar-pasar dipenuhi oleh barang-barang dari Indonesia dan Malaya (dulu belum dikenal istilah Malaysia. Yang ada Persekutuan Tanah Melayu). Bulan suci umat Islam ini juga dimeriahkan dengan panggung hiburan, pintu gerbang yang dihias, dan jalanan serta pertokoan yang marak dengan lampu warna-warni.

Memasuki Geylang, saat itu, suasana lebaran dan Melayu benar-benar terasa. Terutama di daerah Geylang Serai yang menjadi pusat pemukiman orang Melayu dan orang laut. Tak heran, meskipun Chinatown, selain klenteng juga ada kuil Hindu, masjid, dan wihara Budha.

Aku tidak mengetahui pasti keadaan Geylang saat ini. Sejak 15 tahun belakangan ini, aku jarang sekali ke Singapore. Yang pasti, aku tidak pernah lewat Geylang lagi. Padahal, ketika masih aktif mencari nafkah, Singapore dan Malaysia adalah dua negara yang paling sering aku kunjungi. Hampir setiap bulan.

Sekaran, aku lebih memilih melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi. Tujuannya pun benar-benar holiday, bukan komersial.

Aku kerap mendengar dari teman-teman yang masih wara-woro ke Singapore. Tampaknya, Geylang bakal menjadi Chinatown kedua. Meskipun hal ini masih menjadi bahan perdebatan. Dari beberapa artikel yang aku baca, aku memperoleh informasi terbaru seputar Geylang.

* Banyak Pekerja Asing

Seiring dengan berdatangannya tenaga kerja dari China, perlahan-lahan, Geylang menjadi social enclave bagi pekerja migran asal China. Pertimbangan utamanya biaya sewa akomodasi sangat murah sekitar $150 - 180 per bulan. Bandingkan dengan sewa di Katong, daerah elit di dekat Geylang, yang sewanya bisa berkisar $1.000 – 5.000 per bulan.

Selain pekerja asal China, ada pekerja asal negara-negara lain seperti Indonesia, Srilanka, dan lainnya. Alasannya, di Geylang terdapat semua rumah ibadah (gereja, masjid, kuil, klenteng, dan sebagainya) serta harga makanan dan barang-barangnya murah. Masakan Melayu, China, Indonesia, Thai, India, dan lainnya ada di Geylang.

Membanjirnya tenaga kerja asal China daratan mendorong sebagian dari mereka membuka toko, warnet, restoran, dan sebagainya. Mereka mempunyai komunitas sendiri yang tidak bisa berbahasa Inggris. Bahkan, papan nama toko dan restoran milik mereka juga menggunakan tulisan China, tanpa papan nama berbahasa Inggris.

Para pendatang sebagian besar tidak terpelajar dan miskin sehingga ada Chinese Singaporean yang mengeluh dan prejudice. Ada sederet komplain seperti kebiasaan pendatang yang suka bergerombol dan berisik (berbicara sangat keras), jorok, dan beberapa social habits yang undesirable.

* Latar Belakang

Geylang dijadikan Chinatown yang kedua, bagi yang setuju, dengan alasan New York dan Paris mempunyai lebih dari satu Chinatown. Di Australia terdapat dua Chinatown, yaitu dekat CBD dan di Box Hill, dekat kawasan Kew. Sementara.

Di Sydney, beberapa kawasan telah menjelma menjadi Chinatown mini. Sebagian pedagang dan penduduknya banyak berasal dari Vietnam, Korea, Jepang, Laos, Filipina, dan lainnya. Semula, Chinatown hanya terdapat di CBD sekitar George St, Liverpool St, dan Elizabeth St. Dekat Hyde Park. Sekarang, deretan toko atau restoran Tionghoa, Korea, Jepang, dan Vietnam bisa dijumpai di wilayah Hurstville, Fairfield, Cambratta, dan sebagainya.

Yang setuju Geylang menjadi Chinatown kedua menyatakan sudah waktunya ada Han Ren Jie (jalanan orang Han) di Geylang. Hal itu untuk melengkapo Tang Ren Jie (jalanan orang Tang) di Chinatown pertama. Ini disebabkan Chinatown pertama didominasi suku Tiociu yang secara geografis dan sosial tidak berkaitan dengan Han (peolpe and dinasty). Tetapi, secara budaya orang Han lebih kepada Tang Dinasty.

Tionghoanews Reef (Australia) pernah nyasar di kawasan ini dan bertemu dengan orang Han. Mereka bukan kasar atau unfriendly, tetapi mereka memang tidak bisa berbahasa Inggris. Perilaku mereka kasar karena tidak terdidik (orang-orang marjinal yang terpinggirkan di negara asalnya).

Di Australia, kalau nyasar dan bertanya kepada kaum marjinal bakal gawat. Seperti student India yang masuk kawasan Harris Park, Sydney. Daerah ini merupakan kawasan Arab-Lebanon (yang marjinal) sehingga mereka langsung dianiaya. Pemerintah India protes dan mengatakan Australia rasis sebab mengira penganiayaan dilakukan oleh etnis Kaukasian (orang Eropa). Memang, orang Arab-Lebanon parasnya seperti orang Eropa.

Komunitas tak suka orang India bermukim di kawasan mereka. Apalagi, celakanya, mereka banyak merebut lapangan kerja orang Arab-Lebanon. Orang Arab-Lebanon membentuk sedikitnya dua geng kriminal yang saling bermusuhan. Keluarga Ibrahin adalah salah satu kepala geng yang berkuasa di daerah hitam/merah King Cross.

Aku berpesan, jika KoKiers mengunjungi suatu lokasi, lebih baik pelajari terlebih dahulu lokasi yang hendak dituju dan komposisi penduduknya.

Dari informasi yang diperoleh, aku mempunyai analisa sendiri. Apabila, di kemudian hari, Geylang dibiarkan berkembang sendiri, kawasan ini akan rawan konflik antaretnis/antarras. Karena, human instinct ingin bertemu dan bersosialisasi dengan orang yang berkultur dan berkebangsaan sama. Itu hak asasi manusia. Itu pun bagus. Tetapi, bila dibiarkan tidak terkendali bakal menimbulkan ghetto-ghetto yang membuat suasana menjadi complicated.

Situasi akan semakin parah apabila di dalam ghetto terdapat kaum marjinal yang sehari-harinya frustasi dan tak bermasa depan. Mereka ini lebih mudah di-brainwash, direkrut menjadi teroris, kriminal maupun kalap sendiri (tiba-tiba mengamuk). Rebel without cause.

Ian Munro menulis di surat kabar The Age (24 Agustus 2010) tentang Teror on Tap.

Lima tertuduh pelaku teror, berasal dari Somalia, yang berencana meledakkan barak militer tinggal di Carlton Public Housing, Preston, dan Glenroy di Melbourne. Sebagian dari mereka masuk Australia sebagai child refugee. Tetapi, hingga mereka dewasa dan beranak banyak, hidupnya masih terpuruk, hanya mengandalkan uang santunan dan tetap tinggal di public housing.

Mereka tidak pernah bekerja sepanjang hidupnya, hanya bergerombol dengan kaumnya. Yang seperti ini menjadi lahan subur untuk direkrut menjadi teroris. Pengangguran, menjadi masyarakat marjinal terus-menerus, dan bergaul hanya dengan sesama membuat orang frustasi, marah, cupet, iri, dan benci pada lingkungan di luar.

Apabila ada salah satu anggota keluarga dalam situasi gawat, Anda sebaiknya berhati-hati. Dia bisa jadi terorir, baik terhadap masyarakat maupun keluarganya sendiri.

Yang aku tidak mengerti, mengapa Lee Kuan Yew yang piawai melakukan penyebaran, pembauran, dan pemerataan kependudukan, kok bisa lalai mendiamkan pembentukan ghetto. Pada umumnya, di Singapore, apartemen yang dibangun HBD harus dihuni minmal tiga ras, yaitu Melayu, Tionghoa, dan India.

Lee memang melakukan halitu atas dasar tujuan politiknya, yaitu menangkal kekuatan terkonsentrasi yang bisa menggoyahkan supremasi PAP (partainya Lee). Tetapi, dampaknya terhadap kehidupan bermasyarakat Singapore menjadi lebih harmonis.

Membiarkan suatu kelompok tertentu menyendiri, eksklusif atas dasar ras dan keyakinan, akan membahayakan stabilitas, keamanan dan kerukunan suatu bangsa/negara secara keseluruhan. [Meilinda Chen /Jakarta / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA