Terciptanya Monyet Batu, adalah model paling awal terbentuknya jiwa alam semesta yakni yang disebut terlahir dari kandungan hasil perpaduan roh langit dan bumi. Melompat keluar dari celah batu, semestinya hanya semacam cara mendeskripsikan sesuatu. Penjelasan alternatif adalah asal-usul si Monyet Batu sangat tidak lumrah, bahkan Sang Buddha pun belum tentu mengetahuinya. Jika muncul di dimensi tingkat bawah (seperti dunia kita ini) pasti bisa mengakibatkan pelepasan energi yang luar biasa, sehingga dapat meluluh-lantakkan seluruh isi dunia ini.
Dalam agama Buddha dikatakan, jika Buddha yang sesungguhnya berbicara di dimensi kita ini, maka bisa menimbulkan gempa besar. Mungkin begitulah maksudnya. Maharaja Giok sang penguasa surga tentu memahami krusialnya hal ini, sehingga memberikan perhatiannya.
Sepasang mata Monyet Batu ini bisa melihat tembus ke surga, sebenarnya manusia ketika dilahirkan mempunyai kemampuan naluri bawaan seperti ini, tetapi karena konsep-konsep yang diperoleh pasca kelahiran sehingga membuatnya menjadi terkunci. Beberapa tahun lalu di masyarakat, banyak laporan anak-anak kecil yang mempunyai kemampuan supranatural dapat memandang tembus benda padat, di kalangan komunitas Qigong (baca: jikung, ilmu tenaga dalam) juga mengganggap mata ketiga (Tianmu) anak kecil mudah terbuka. Oleh sebab itu Monyet batu setelah dimandikan dengan air dunia fana, sepasang matanya tidak bersinar keemasan lagi dan menjadi materi dunia fana.
Konon seorang anak ketika dilahirkan, tubuh dan pikirannya masih sangat murni, tetapi karena yang disebut "pelajaran" kehidupan, ia telah mempelajari "ilmu pengetahuan", mempelajari perihal kemasyarakatan dan hubungan antar manusia, sehingga membuat sifat pokok bawaan manusia ini terpendam. Hal seperti ini di dalam komunitas kultivasi (pengolahan dan perombakan sifat-jiwa menuju kesempurnaan) dianggap demikian, termasuk mereka yang baru belajar Qigong, juga percaya bahwa yang disebut orang pintar itu malah sifat kesadarannya buruk. Untuk kembali ke sejati, harus melepas diri-sendiri-semu yang terbentuk dari dalam konsep pasca kelahiran, kembali ke saya sejati yang hendak balik ke langit muasal.
Monyet Batu mempunyai bakat intrinsik unik, sehingga dengan cepat menjadi raja kawanan monyet, dan menguasai Huaguo-shan (gunung Buah dan Bunga), tanah yang diberkati, serta gua Tirai Air yang dapat menembus langit. Ini adalah suatu tempat yang baik untuk menikmati rejeki.
Sebagai manusia, jika memiliki keleluasaan seperti ini, masihkah akan terpikir untuk belajar ilmu mencapai kesempurnaan lagi? Tetapi si Monyet Batu memiliki bakat dasar yang baik, tidak lupa untuk belajar ilmu spiritual Taoisme dan belajar ilmu tinggi dari Sang Buddha Sidharta Gautama. Mengenai Sang Buddha ini ada yang beranggapan hanya sebagai semacam perlambang, mungkin jelmaan Dewa yang mengajarinya, mungkin juga jelmaan bawaan dasar si monyet sendiri.
Pentolan iblis yang pertama dikalahkan Monyet Batu, adalah Raja Iblis Hunshi (kekeruhan duniawi). Jika kita perhatikan, Monyet Batu ini mengandalkan kemampuannya sendiri dalam menaklukkan iblis tersebut.
Seseorang jika hendak sukses, pertama-tama harus dapat dulu mengatasi sifat malas diri sendiri dan menghapus pemikiran-pemikiran keruh duniawi. Itulah mengapa ada orang yang menafsirkan bahwa bakat dasar Monyet Batu mempunyai kemauan untuk maju. Maka sebagai seorang kultivator, paling sedikit harus mempunyai pengendalian diri, menjaga kesadaran dan tidak mudah terbawa arus. Ini adalah syarat minimal.
Sekalian ditambahkan bahwa pembukaan Kisah Perjalanan ke Barat membicarakan tentang struktur alam semesta, 4 benua dan sebagainya, pada kenyaataannya agama-agama lain juga memiliki penjelasan seperti ini, jadi ia bukanlah sesuatu yang fiktif belaka. Konon struktur alam semesta ini sebenarnya bukan seperti yang bisa dideteksi oleh para astronom dengan peralatan teknologi modern kita sekarang ini. [Linda Lim / Denpasar / Bali / Tionghoanews]