Meski lahir di Singapura, tapi Kim Teng sudah sejak kecil sudah berada di Riau. Di zaman penjajahan Belanda, Kim Teng muda yang berdarah Tionghoa adalah salah seorang tokoh yang berjuang untuk mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi.
"Dari cerita orangtua dan kakek saya, beliau sangat gigih berjuang bersama-sama pejuang di Riau untuk mengusir penjajah. Beliau juga ikut mengambil senjata dari Singapura untuk dibawa ke Indonesia dengan kapal kayu mesin mengarungi Selat Malaka. Dengan susah payah, akhirnya dia bersama pejuang yang lain berhasil membawa senjata dan dibagikan kepada yang warga untuk menghadapi penjajah," kisah Awai.
Awai (37) merupakan salah seorang pengelola kedai Kopi Kim Teng yang letaknya berdekatan dengan Masjid Raya Pekanbaru, saat ditemui penulis.
Dengan perjuangan itulah, setiap 17 Agustus Kim Teng selalu diundang untuk memperingati kemerdekaan. Dengan seragam kebangsaan dia pun bergegas bergabung bersama para pejuang lainnya untuk merayakan kemerdekaan.
"Dia adalah seorang veteran, kami sangat bangga mempunyai kakek seperti dia," imbuh Awai.
Hal tersebut diamini oleh Karo Humas Pemeritanh Provinsi Riau Chairul Rizki. Pemerintah setempat selalu mengundang para veteran dalam HUT RI, termasuk Kim Teng.
Di sisi lain, Kim Teng memiliki usaha kecil-kecilan yakni membuka kedai kopi. Usaha tersebut dirintis setelah kemerdekaan yakni sekira 1965, dan pada 2003 Kim Teng meninggal dunia di usia ke-80. Kini kedai kopinya dilanjutkan oleh keturunannya.
Bagi warga Pekanbaru, kopi Kim Teng tentu tidak asing untuk menjadi teman pagi hari. Bagi Anda penikmat kopi sejati tentu bisa membedakan mana kopi yang benar bisa memanjakan lidah sipenikmat.
"Hampir setiap hari saya minum kopi di sini, rasanya begitu gurih dan aromanya harum. Ini tentu berbeda dengan kopi yang biasa. Suasana di sini juga enak," cerita Ali Ramuza (32) yang mengaku saban hari bisa menghabiskan empat gelas kopi gelas mini itu saat ditemui penulis.
Saking banyaknya peminat kopi Kim Teng, setiap hari, Awai yang memiliki 10 karyawan ini, harus menyediakan bubuk kopi sampai 7 kilogram. Jumlah itu cukup untuk menyuguhkan 400 gelas kopi.
Dari hanya mimiliki satu kedai, kini Kopi Kim Teng telah membuka empat cabang. Perkembangannya pun semakin pesat. Omzet penjualan per harinya bisa mencapai sekira Rp4 juta. [Sunny Lin / Pekanbaru / Tionghoanews]