KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 08 November 2011

PERANG AN-SHI YANG UBAH SEJARAH TIONGKOK

Kaisar Tang Xianzong, Li Longji, diangkat sebagai pangeran suksesi karena berhasil menumpas kekacauan di Wei Shi. Setelah naik tahta, karena ditunjang kinerja cerdik cendekia dan di sekililingnya terkumpul sejumlah besar tokoh berkualitas, disaat itu pemerintahannya berjalan aman dan terkendali, ekonomi bergairah dan Dinasti Tang memasuki masa kejayaannya, maka generasi di kemudian hari menyebut masa itu sebagai Era Abad Emas.

Akan tetapi setelah memasuki masa-masa akhir pemerintahannya, Dinasti Tang semakin hari semakin bobrok, karena ulah selir tercintanya yang bermarga Yang, berkolusi dengan Li Linfu, Yang Guozhong (kakak selir Yang) dan Gao Lishi, dalam urusan politik negara.

Yang Guozhong kemudian diangkat sebagai perdana menteri dan demi memutus jalur para suku minoritas di perbatasan utara merembes ke wilayah Tionggoan (sentra politik dan budaya suku mayoritas Han di Tiongkok tengah) maka para suku nomaden itu diberi kekuasaan besar di dalam bidang kemiliteran. Dalam masa pemerintahannya, ia kalah perang dengan pihak asing dan lambat laun tidak akur dengan An Lushan (salah seorang pemimpin negara-bagian di wilayah perbatasan yang menguasai 6 bahasa asing dan berasal dari negeri kecil Sogdiana serta termasuk suku nomaden etnis Turki).

An Lushan berambisi besar, ia berulang kali berkunjung ke kota-raja Chang An untuk menjelajahi situasi aktual, dari situ ia mengetahui kekuatan riil militer pusat, maka ia merencanakan makar siap merebut kekuasaan negara. 

Meletusnya Kerusuhan An Shi

Pada 16 Desember 755, An Lushan dan Shi Siming (jenderal kepercayaan An Lushan) menggerakkan "Gejolak An-Shi", dengan dalih hendak menghukum Yang Guozhong mereka melakukan kudeta militer. An Lushan bersekutu dengan Suku Dujue (suku nomaden etnis Turki yang berdomisili di wilayah utara Tiongkok kala itu) membentuk pasukan berkekuatan 150.000 prajurit yang diisukan berkekuatan 200.000 orang. Sebanyak 24 negara-bagian tercerai-berai.

Waktu itu kaisar Tang Xianzong yang berada di Istana Huaqing Gunung Li, pada awalnya setengah percaya setengah tidak bahwa An Lushan telah memberontak. Sampai suatu hari, Yan Zhenqing kepala negara-bagian Pingyuan mengirim utusan melaporkan gentingnya keadaan kepada sang kaisar, baru Kaisar Xianzong sadar dan panik.  

Tak butuh waktu lama, pasukan besar An Lushan berhasil menduduki kota besar Luo Yang dan tahun 756 ia mengangkat diri sendiri sebagai Kaisar Da Yan (Yan Besar) dan tak lama kemudian berganti gelar Kaisar Xiongwu (gagah perkasa).

Tang Xianzong lantaran terburu nafsu hendak mengamankan pengepungan kota-raja Chang An, juga karena hasutan menteri Durna, telah salah menghukum mati 2 jenderal besarnya yang populer yakni Feng Changqing dan Gao Xianzhi. Tindakan tersebut telah mengguncang seluruh jajaran pasukan Dinasti Tang.

Pasukan pemberontak secara kilat sudah mengancam Tong Guan (lintasan strategis yang merupakan gerbang menuju kota-raja), tiada seorangpun di dalam kementerian yang mau menyongsong musuh, maka Xianzong terpaksa memanggil lagi Ge Shuhan seorang jenderal tuanya yang telah pensiun untuk memimpin 200.000 pasukan besar yang direkrut dengan tergesa untuk mempertahankan Tong Guan.

Ge Shuhan yang tulus, setia dan pemberani bersama beberapa pimpinan daerah memberikan masukan kepada kaisar, "An Lushan tidak didukung rakyat, asalkan kita bersikap defensif dan mempertahankan diri di dalam kota-kota, maka internal mereka sendiri akan terjadi perselisihan, di saat kekuatan mereka melemah, kita beralih ofensif dan pasti akan menang. Jika saat ini kita menyerang pasti akan memasuki perangkap."

Celakanya, PM Yang Guozhong iri hati terhadap wewenang besar yang diemban Ge Shuhan dan mengkhawatirkan hal itu akan tidak menguntungkan dirinya kelak. Ia terus menerus menghasut kaisar agar Ge mengerahkan tentaranya, sayangnya Tang Xuanzong mau mempercayai hasutan Yang Guozhong, ia berulang-ulang memerintahkan Ge Shuhan menyerbu. Ge terpaksa memimpin pasukannya untuk menyongsong pasukan musuh dan ternyata memasuki perangkap, maka pasukan Tang mengalami kekalahan besar. Ge Shuhan pun tertawan, karena ia sudah bersumpah tidak menyerah, ia dihukum mati oleh An Lushan. Dengan demikian Tong Guan yang strategis telah jatuh ke tangan musuh.     

Dalam situasi genting Tang Xianzong lari terbirit-birit ke Sichuan (daerah barat daya Tiongkok). Tak dinyana di dalam perjalanan terjadi kudeta oleh pasukan pengawal kaisar yang hanya menghendaki sang kaisar bertindak bijaksana, dan demi memohon maaf kepada rakyat, dengan segera harus menghukum Yang Guozhong dan selir kesayangan kaisar, Yang Yuhuan. Tang Xuanzong tak kuasa menolak dan dengan terpaksa menghukum mati keduanya.

Di dalam pelariannya di Kota Chengdu-Sichuan, sang putra mahkota melanjutkan tahta kaisar di Kota Ling Wu dan beralih gelar kaisar menjadi Tang Xiaozong.

Dengan disingkirkannya Yang bersaudara yang dianggap sebagai biang bencana, ditambah lagi dari kalangan istana muncul suksesor baru yang mempersatukan opini rakyat, itulah sebabnya pasukan pemberontak dapat ditumpas oleh para pasukan loyalis di seluruh pelosok negeri yang berduyun-duyun melakukan perlawanan.

Dua tahun kemudian yakni pada 757, An Lushan dibunuh oleh An Qingzhu anak angkatnya sendiri, kekuatan kubu pemberontak pun menyusut. Mengambil peluang itu, Guo Ziyi, salah seorang kepala negara-bagian, melakukan serangan balik dengan dibantu pasukan Suku Hui (Uighur) dan dengan cepat kota-kota Chang An beserta Luo Yang dapat direbut kembali.   

An Qingzhu sekutunya sendiri, ia mengangkat dirinya menjadi kaisar pula. Pada 761, Shi Siming mengalahkan jenderal Tang, Li Guangbi, dan di dalam perjalanan penyerbuan menuju kota-raja, ia dibunuh oleh putranya sendiri yang bernama Shi Chaoyi. Kekalutan terjadi di dalam kubu pemberontak, kekuatan pasukan mereka semakin menurun dan berkali-kali bisa dipukul mundur oleh pasukan pemerintah.

Tahun 762, Kaisar Tang Daizong meneruskan tahta dan meminjam pasukan Hui merebut kembali Luo Yang (dalam masa keruh itu sempat berpindah tangan berulang kali), Jenderal Li Shi dan Pugu Huaien merebut wilayah yang ditinggalkan dan terus mengejar pasakan pemberontak hingga terpojok di suatu tempat bernama Fan Yang (wilayah antara Kota Beijing dan Baoding kini), disanalah Shi Chaoyi tewas menggantung diri akibat dipaksa menyerah oleh bawahannya yakni Li Huaixian.

Berakhirlah drama pemberontakan dan kekacauan yang berlangsung selama 8 tahun yang di sejarah disebut "Gejolak An-Shi".   

Dampak pada Kekuasaan Dinasti Tang

8 tahun "Kekacauan An Shi" telah menguras energi dan sumber daya Dinasti Tang. Peperangan itu berakibat buruk bagi perekonomian wilayah utara dan sejak saat itu pusat perekonomian secara berangsur bergeser ke wilayah selatan.

Selain itu, dengan ditariknya pasukan perbatasan ke pedalaman sehingga suku-suku minoritas seperti Tu Jue (etnis Turki) dan lainnya membanjiri wilayah Han. Banyak wilayah perbatasan tercaplok oleh negara tetangga, tentu berpengaruh pula terhadap kewibawaan otoritas Dinasti Tang di sepanjang perbatasan utara. Pendek kata, negeri Tang yang pernah paling berjaya di dalam sejarah dinasti-dinasti Tiongkok, akibat kekacauan ini ia lambat laun melemah, "Gejolak An-Shi" lah pemicunya.  [Shu Ping / Jakarta / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA