Pertemuan itu sangat menyenangkan. Hari itu si menteri mengantarkan temannya berjalan-jalan ke kawasan perbelanjaan Pasar Baru. Saking ramainya manusia lalu lalang, ia kehilangan jejak temannya. Setelah beberapa saat dicari, akhirnya ketemu. Sang dokter sedang berdiri tegak di trotoar, dirubung banyak orang.
Si menteri bertanya, apa yang dilakukan di situ. Yang ditanya mengaku, sedang mendengarkan nyanyian jangkrik. Si menteri melongo, tak percaya. Mana ada jangkrik di sini? Sang dokter lantas mendekati sebuah pot besar di pinggir jalan. Pelan-pelan tangannya mengambil tanah dari pot itu. Nah, dari genggamannya meloncatlah seekor jangkrik.
Giliran kini si menteri kaget. Ia memuji, indera pendengaran sahabatnya luar biasa peka. Anehnya, sang dokter menyangkal. Ia mengatakan, pendengarannya tidak lebih baik dari orang-orang lain di sekitarnya. Untuk membuktikan pernyataannya ia lalu merogoh saku celana, mengambil segepok uang logam receh, dan kemudian menjatuhkannya ke trotoar.
Segera, ada sepuluh orang pejalan kaki berhenti dan melihat uang yang berjatuhan tersebut. Memang, mereka tidak bisa mendengar suara jangkrik, tapi mereka tidak ingin mengabaikan suara uang. [Teo Ai Ping / Jakarta]