KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 16 Januari 2012

NO NOT ME ... (2)

Egoisku sering menghasut untuk tak memperdulikan keadaannya yang telah berkeluarga. Membeberkan kebaikan-kebaikannya, kelangkaan sifatnya pada lelaki di jaman sekarang ini. Dan sebuah kartu As yang sempat membuatku goyah, bahwa kebahagiaan susah dicari, dan Yudi bisa memberikannya! Ya Tuhan kuatkan iman hambamu yang lemah ini…

Setelah penolakanku yang kesekian kali, akhirnya aku mengiyakan ajakannya untuk bicara. Istrinya menderita penyakit jantung akut, dan tinggal di Gresik. Hanya sesekali ke Surabaya untuk check up sehubungan dengan penyakitnya.

Intinya Yudi tak ingin berpisah, namun juga tak memberi kejelasan hubungan kami di masa yang akan datang. Akupun tak menuntutnya karena bagiku jelas, aku tak mungkin menyuruh Yudi meninggalkan keluarganya. Dan tiba-tiba Yudi melontarkan ide gila itu, ingin menjadikanku istri kedua.

Pertentangan hebat di hatiku, membuatku tak bisa melakukan hal benar dalam segala hal. Kesalahan-kesalahan di klinik yang menuai teguran dari bos, juga sikap dan perubahan fisik, membuat teman-teman juga keluargaku khawatir. Aku tetap bungkam meski mereka menjejali dengan pertanyaan.

Then… Aku mencoba berdamai dengan perasaanku, berusaha menerima apa yang sebenarnya aku inginkan, lalu membuat keputusan pasti dengan semuanya.

Tiba-tiba keluarga Yudi memutuskan pindah ke Surabaya. Ditambah lagi, istri Yudi menjadi pasien diet di tempatku bekerja. Yudi menyarankanku keluar dari klinik, dia akan carikan kerja dan menanggung biaya hidupku selama aku jobless. Perjumpaan kami tak se-intens dulu, meski perhatiannya lewat telpon tak berkurang sedikitpun.

Bertahun-tahun aku bekerja di klinik dengan kepercayaan besar dari bos, dan keluarga yang masih membutuhkan support dariku. Lalu, aku harus meninggalkan tanggung jawab itu begitu saja? Are you kidding me?…

Suatu hari, istrinya datang ke klinik dengan wajah kusam dan mata sembab. Ketika salah satu temanku melayani, dia terlihat tak bisa menguasai emosi. Setelah kepergiannya, aku dekati temanku untuk mencari tahu.

"Katanya dia menemukan sms dari wanita di ponsel suaminya, dan malamnya si suami mengigau memanggil nama wanita di ponsel itu." Degg! Kebahagiaan ini aku bangun diatas luka orang lain. It wasn't me!

Seberapa rapi kita menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga. Sebelum hal itu terjadi, aku putuskan berhenti dari klinik dan bukan karena saran Yudi. Aku pulang ke Solo, tanpa berpamitan padanya. Aku ganti nomer ponsel, dan tak ingin bicara bila dia menghubungi melalui telpon rumah.

Yudi menyusul dua minggu kemudian. Kusut masai dan agak kurus, saat aku tangkap sosoknya menekuri lantai ruang tamu rumahku. "Kembalilah ke Surabaya Non, kita susun lagi rencana baru. Aku sulit fokus pada semua hal bila kau jauh dariku." Beratnya cobaanMu ini Ya Tuhan…

Satu persatu wajah keluargaku kutanamkan kuat dalam angan. Apa yang akan kuberikan pada mereka bila aku nekat menuruti semua rencana Yudi? Hanya aib! Ibu yang siang malam merenda hari di depan mesin jahitnya demi adik-adik yang masih belum selesai menempuh pendidikan, dan bapak yang tak memiliki penghasilan tetap.

Istrinya yang sedang sakit, anak-anaknya. Keluarga dan lingkungannya, apakah kami yakin bisa menyembunyikan hubungan ini selamanya? Layakah kebahagiaan ini aku pertahankan bila lebih banyak orang yang akan tersakiti? Akankah aku bahagia dengan merebut kebahagiaan dan menorehkan luka dalam hidup orang lain ? No not me, not I..

Lalu segalanya aku putuskan dengan cepat. Aku iyakan ajakan Yudi kembali ke Surabaya. Aku setuju ketika dia mencarikan tempat tinggal untukku. Dan aku terus menyusun rencana kepergianku, selamanya dari hidupnya. I will get out of here..

Tanpa sepengetahuan Yudi dan orangtua, aku mendaftar ke sebuah Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia. Kuakui aku memang lari dari kenyataan, namun kepengecutanku semoga membawa kebaikan bagi diriku dan orang disekitarku. Meski hatiku sakit, aku harus tabah. Aku yakin akan mendapat imbalan berlimpah dari Tuhan kelak.

Tempaan hidup dan tuntutan adaptasi dalam menghadapi berbagai masalah, membuatku menjadi pribadi yang berbeda. Tiada penyesalanku pada keputusanku dulu. Kini, bila mengingat cerita lama itu, aku merasa aku hanya seorang penonton dan bukanlah tokoh utama.

Bersyukur aku tak mengikuti emosi dan hawa nafsu dengan dalih kebahagiaan. Aku bisa mengantar adik-adikku menyelesaikan studi dan mengukir senyum bahagia dan bangga pada wajah orang yang telah melahirkanku. Ditambah pengalaman hidupku yang kian kaya akan warna.

Terkadang kami masih berhubungan via telpon, namun perasaan itu telah berubah. Tak ada lagi getar-getar rindu itu, tak ada mimpi-mimpi di negeri awan meski hingga usiaku yang lewat kepala tiga ini masih sendiri.

Dan sebagaimana janji Tuhan, rasa sakit ketika meninggalkan Yudi terganti dengan nikmat berlimpah. Bila terkenang ide Yudi untuk menjadikanku istri keduanya kadang membuatku tersenyum simpul. No not me, not I… [Vivi Tan / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA