"Saudara-saudaraku para kelinci," kata ketua kelinci. "Kita adalah mahluk yang selalu terancam bahaya…"
"Betuuuuul, betuuuul, betuuuuuul," sahut kelinci-kelinci lainnya.
"Bahaya selalu mengintai kita setiap hari. Dari bermacam binatang buas, dari burung garuda, dari manusia yang memburu kita!"
"Betuuuuuul, betuuuul, betuuuul," sahut yang lain.
"Daripada setiap hari dicekam ketakutan…lebih baik kita bunuh diri saja bersama-sama!"
"Mari bunuh diri,"sahut kelinci-kelinci yang lain.
Akhirnya mereka sepakat untuk bunuh diri bersama-sama, dari tebing yag tinggi itu terjun ke kolam, karena merasa bahwa mereka adalah makhluk yang paling menderita.
Di kolam, para kodok sedang asyik bercengkerma duduk di atas daun teratai, atau tepian kolam, menikmati indahnya bulan purnama. Ada yang bernyanyi bersahut-sahutan. Tiba-tiba para kodok terdiam ketika mendengar suara gemuruh datang. Mereka berteriak ketakutan dan berlompatan sembunyi didalam kolam.
Melihat para kodok yang ketakutan atas kedatangan mereka, salah satu dari mereka berkata: "Stop, kawan-kawan. Ternyata masih ada mahluk yang lebih sengsara dari kita. Para kodok itu bahkan takut pada kita! Kita tak perlu bunuh diri!"
"Betuuuuuul, betuuuul, betuuuul," sahut yang lain, "lebih baik hidup dari pada mati bunuh diri."
Akhirnya mereka tidak jadi bunuh diri.
Dari cerita di atas menggambarkan bahwa betapapun sengsaranya seseorang yang hidup di dunia ini masih ada yang lebih sengsara. [Angie Tan / Medan]