Cerita berikut mungkin Anda dengar dari mulut orang lain atau Anda baca dari media lain. Namun, saya selalu terkesan dengan cerita soal tukang kayu ini.
Alkisah, suatu hari seorang tukang kayu ingin mengajukan pensiun. Ia sudah tua, dan ingin menikmati hari-hari senjanya bersama sang istri. Ia bisa berkarya sesuai dengan waktu yang dipunyainya. Ia menemui bosnya, pemilik kontraktor bangunan.
"Sebenarnya saya sedih mendengar permintaanmu. Terus terang kamu masih saya andalkan. Namun, jika keputusanmu sudah bulat, saya tidak bisa menghalang-halangi niatmu. Saya tidak bisa memberi pesangon yang cukup untuk pensiunmu. Namun, saya akan memberikan satu proyek terakhir yang semoga menjadi karya terbaikmu. Aku minta kamu membangun sebuah rumah yang semua perencanaan dan pernak-perniknya kamu yang mengerjakannya. Dana tidak masalah. Semoga kamu bisa menyelesaikan dalam waktu setahun."
Sang tukang kayu sebenarnya sudah tidak berminat mengerjakan proyek. Akan tetapi niat jahatnya berkecamuk. Ia memutar otak agar bisa memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari proyek terakhirnya. Misalnya saja ia mengganti bahan-bahan bangunan dengan kelas rendahan namun mengajukan biaya untuk kelas atas. Toh dengan segala pengalaman yang dimilikinya ia bisa menampilkan kesan wah sebuah rumah dengan bahan asal-asalan. Tentu usia bangunan menjadi pendek.
Seperti yang diperkirakan bosnya, rumah itu bisa selesai dalam waktu satu tahun. Dengan bangga ia menyerahkan kunci rumah ke bosnya. Sayang, kebanggaan itu hanya berumur sesaat.
Setelah menerima kunci, sang bos kemudian menyerahkan kunci itu ke tukang kayu. "Terimalah kunci dan rumah itu. Hanya ini yang bisa kuberikan kepada karyawan terbaikku," kata sang bos.
Bayangkan bahwa hidup kita ibarat tukang kayu tadi. Kita sering melakukan reaksi daripada aksi. Hanya karena uang pesangon kecil, lalu melakukan korupsi agar pensiun bisa memperoleh uang tambahan.
Seperti sebuah ujaran, "Hidup adalah proyek do-it-yourself'", hidup Anda hari ini adalah hasil dari sikap dan pilihan Anda di masa lampau. Jadi, jujurlah pada kehidupan sebab ia akan membalasnya suatu saat. [Jeni Wang / Semarang]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.