Lebih dari segalanya, Julius muda ingin pergi. Tapi ia miskin dan tidak memiliki sarana untuk memperoleh pakaian formal. Sore itu ia berdiri di pintu gerbang istana, membayangkan apa yang mungkin terjadi, bila ia berada di dalam istana itu.
"Mengapa wajahmu murung, Nak?"
Julius tersentak dari lamunannya, "Apa?"
"Mengapa wajahmu murung? Kau harus pulang ke rumah dan berpakaian untuk melihat bolaku. Aku sedang dalam perjalanan pulang untuk bersiap-siap."
Julis tidak percaya! Itu adalah rajanya sendiri, berbicara langsung kepadanya, rakyat biasa. Julius menjelaskan keadaannya.
"Mengapa? Itu bukan sebuah masalah," Raja meyakinkannya. Lalu ia memanggil sang pangeran dan memerintahkan untuk mencari beberapa pakaian yang cocok bagi Julius.
Pangeran mengajak Julius ke ruang ganti kerajaan, lalu dibiarkan untuk memilih pakaian yang cocok baginya.
"Aku pikir kamu akan sangat senang dengan pakaian baru," kata Pangeran. "Pakaian ini terbuat dari benang terbaik dan tidak akan cepat rusak seperti pakaian yang lain."
"Terima kasih banyak, Tuan," kata Julius sambil meraih pakaian lamanya yang menumpuk di lantai.
"Tinggalkan saja," kata Pangeran. "Itu tidak berguna lagi untukmu sekarang."
"Tetapi bagaimana jika sesuatu terjadi pada pakaian baru saya?" tanya Julius.
"Kau bisa datang kepada saya lagi dan saya akan memberikan pakaian yang lain."
Julius memikirkan hal ini sejenak, "Tidak. Saya mungkin membutuhkan ini untuk beberapa hari."
"Terserah kau sajalah, teman baikku," Pangeran menanggapi. "Ayo! Pertunjukan bola baru saja dimulai. Silakan kunjungi dan nikmati setiap menit pertunjukannya."
Julius membawa pakaian lamanya sepanjang pesta. Karena ia menolak untuk meninggalkannya, ia tidak bisa menari atau berpartisipasi dalam banyak kegiatan di pesta malam itu. Ketika sajian makanan dan minuman diedarkan oleh pelayan, Julius hanya bisa mencicipi hidangan sedikit karena ia hanya memiliki satu tangan yang bebas – sementara tangan yang lain memegang bungkusan bajunya.
Ketika malam tiba, orang-orang meninggalkan istana penuh dengan kekaguman untuk semua yang mereka lihat dan lakukan. Tapi si miskin Julius tidak bisa bergabung dalam kesenangan itu karena dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencengkeram pakaian tua compang-campingnya.
Berapa banyak pengalaman yang telah gagal dia lakukan karena dia tidak mau melepaskan apa yang tidak lagi dibutuhkan? [Susi Ng / Balikpapan]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.