Kegagalan menjalin hubungan dengan beberapa lelaki memberiku pelajaran berarti. Aku mulai bisa menemukan lelaki seperti apa yang aku inginkan. Pradnya, lelaki yang aku kencani saat aku tengah menyelesaikan skripsi beberapa tahun lalu. Ia secara tiba-tiba memutuskan hubungan karena tidak bisa membantah keinginan mama tercinta, kami memang beda keyakinan. Aku mengikhlaskannya "pergi" meski beberapa tahun kemudian aku tak pernah lagi merasakan cinta sebagaimana yang aku rasakan padanya.
Dengan Kelana, lelaki yang aku kencani berikutnya. Kami berkenalan dalam sebuah even besar dan hubungan kami hanya bertahan tak lebih dari setahun. Ia sudah beristri dan berniat menambah istri karena istri pertamanya tidak bisa memberikannya momongan. Aku bersedia, asal seijin istrinya. Syarat tersebut terlalu berat bagi Kelana, karena ia tidak ingin menyakiti istrinya. Aku tidak ingin menjalani hubungan yang didasari oleh kebohongan ! sekecil - apapun. Hubungan kamipun kandas.
Kemudian Robert, anak gereja yang simpatik. Satu-satunya yang bisa membuatku jatuh cinta dan terangsang darinya adalah suaranya yang indah. Jadi, jangan minta Robert menyanyi di depanku, karena akan membuatku lupa diri. Hm...
Terakhir, Frank, warga negara Jerman, aktivis lingkungan yang menghabiskan 60% waktunya dalam setahun dengan travelling keluar masuk hutan di seluruh Asia Pasifik, meski ia secara resmi berdomisili di Indonesia.
Mereka, memberikan signal yang sama, memintaku menjadi pacar, kekasih dan kemudian menjadi istri. Mereka sekarang ada dalam kehidupanku saat ini. Mereka yang sebelumnya hanya hidup di masa lalu, tiba-tiba muncul dan menawarkan kehidupan baru yang menggairahkanku, sebuah pernikahan.
Sejak lama aku mengharapkan bisa menikahi seseorang, tapi yang datang dan pergi hanya menawarkan kehidupan kamuflase romantika lelaki dan perempuan tanpa tendensius yang berarti. Setelahnya mereka pergi tanpa pernah menengok lagi ke belakang.
Menikah, betapa aku menginginkan kehidupan ini, setelah dua orang adikku lebih dulu mengalaminya. Memandang tiga keponakanku yang lucu, aku sangat berharap yang aku pandang adalah anakku sendiri. Tapi aku dihadapkan pada empat orang lelaki yang menawarkan hal terindah ini. Bagaimana aku bisa memilih mereka?
Pradnya, ia masih menyisakan sekelumit cinta dalam hatiku, tapi aku tidak ingin terjebak cinta remaja. Kelana, tidak ada yang bisa menjamin bahwa ia tidak akan mencari wanita lain lagi nantinya. Robert, terlalu introvert, aku tidak bisa membaca keinginan terbesar dalam hidupnya. Frank, aku khawatir ia tidak bisa menyaksikan kelahiran putra pertamanya dengan jadwal travellingnya yang demikian padat.
Aku ingin bisa memilih mereka berdasarkan logika dan kepentingan, bukan karena factor subyektif dan semata hanya perasaan saja. Dalam sebuah kesempatan yang sudah aku atur, aku mengumpulkan mereka berempat. Karena aku tidak ingin memilih orang yang salah. Meski mereka terlihat bingung, dalam suasana yang aku buat senyaman mungkin, aku mulai membuka pembicaraan.
***
"Aku tahu apa yang ada di pikiran kalian semua, aku juga telah mendengar permintaan kalian dalam sebulan terakhir, maaf kalau aku tidak langsung memberi jawaban, karena butuh telaah yang matang untuk itu." Aku melanjutkan, "Pernikahan bagiku bukan sekedar menumbuhkan romantika hubungan dua individu, karena aku pernah memulai hubungan tanpa rasa dan pada akhirnya aku mencintainya meski hubungan ini juga tidak berlanjut lama. Bukan begitu Kelana?" tatapku pada lelaki yang tepat duduk di hadapanku.
Hubungan yang kumulai dengan cinta juga tidak bisa aku pertahankan, karena aku terlalu mencintainya, sehingga tidak ingin memenjarakannya dalam kehidupan yang hanya kupercayai sendiri. Maafkan aku Pradnya," kulihat lelaki di sebelah kiriku hanya tertunduk merasa bersalah.
Pembukaan ini belum berakhir, aku masih berceloteh, "Aku juga tidak ingin mencintai seseorang hanya dari satu sisi saja. Aku tidak ingin menikahi lelaki yang hanya bisa membuatku jatuh cinta pada suaranya saja. Masa aku harus memintamu menyanyi setiap hari hanya agar cintaku tidak luntur, Bert?" yang aku sapa hanya tersenyum lebar.
Sembari menatap Frank yang sedari tadi hanya diam, aku cuma mengatakan, "Aku menyukai kehidupanmu, pekerjaanmu dan aku juga tidak mempermasalahkan frekuensi ketidakhadiranmu saat aku butuhkan selama kedekatan kita. Tapi yang aku takutkan, aku bisa lupa bahwa kau adalah lelakiku, karena kelangkaan pertemuan kita." Mendengar ini Frank hanya tersenyum, "Sorry" adalah satu-satunya kata yang meluncur dari bibir tipisnya.
Aku memandang mereka berempat, suasana terasa kaku dan aku sangat membenci hal ini. "Please" Ini bukan rapat kudeta, rileks sedikit," satu persatu mereka mulai duduk dengan santai. Aku memesankan mereka minuman dan aku layani mereka satu persatu layaknya aku adalah perempuan mereka.
Ketika suasana sudah mulai melunak, aku mulai memasuki topik yang sebenarnya. "Aku sengaja mengumpulkan kalian agar saling kenal satu dengan yang lain. Meski aku tidak mengharapkan kalian menjadi rival, aku tetap akan memilih salah satu dari kalian. Aku berharap kalaupun ada semacam kompetisi, aku harap ini bisa dilakukan dengan fair. Aku tidak metolelir adanya kecurangan. Aku sudah menekan segala perasaanku sampai batas minus untuk bisa mempertemukan kalian di sini, jadi tolong jangan rusak upayaku ini." Para lelaki ini masih mendengarkan dengan penuh minat.
"Usiaku akan 40 tahun, aku ingin memiliki seorang anak, usia yang riskan untuk melahirkan. Aku sudah memeriksakan kesehatan reproduksiku dan hasilnya dalam kondisi yang baik. Untuk memiliki anak aku membutuhkan lelaki, sementara aku tidak ingin melakukannnya dengan illegal, harus ada pernikahan dan aku tidak ingin sebuah pernikahan semusim. Kalian kandidatnya, yang aku minta adalah menangkan hatiku, karena aku bukan orang yang gampang jatuh cinta. Kalaupun aku jatuh cinta itu lebih kepada logikaku untuk mencintai."
"Dalam kurun waktu tiga bulan ke depan, kuberikan waktu kepada kalian untuk kencan denganku, tentunya tidak dengan membatalkan jadwal meetingku atau jadwal siapapun yang ada di sini yang sudah lebih dulu membuat jadwal. Satu lagi, maaf kalau aku tidak bisa pindah keyakinan dan kencan ini "no seks". Bukan berarti aku langsung memilihmu Kelana, jadi jangan ge-er dulu ya. Ikut atau tidak, aku tidak memaksa, semua aku serahkan pada kalian. Dimulai Senin depan, kalau dalam waktu seminggu sejak Senin salah satu dari kalian tidak menghubungi aku, aku menganggap ia mengundurkan diri. Semoga ini cukup fair buat kita semua."
Tidak ada satupun dari lelaki ini yang bicara, mereka hanya mendengarkan saja. Padahal aku harap ada salah satu dari mereka yang protes. Tentu saja ini makin membingungkanku untuk memilih salah satu dari mereka. Satu-satunya yang aku takutkan adalah aku tidak berhasil memilih salah satupun di antara mereka. Kompetisi ini sudah berjalan selama dua minggu, semuanya masih menjadi peserta. Sejauh ini aku belum bisa menentukan siapa yang pantas menjadi lelakiku. Apakah ada dari pembaca yang bisa memilihkannya dan memberikanku seorang lelaki sebagaimana yang aku inginkan? [Amanda Lim / Makassar] Sumber: My Story
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com