Kehidupan Bu Karmi memang sangat sederhana, hasil dari usahanya berdagang mungkin hanya bisa untuk makan sehari-hari, namun begitu Bu Karmi selalu berusaha membantu para tetangga jika sedang mengalami kesusahan. Tak jarang beliau memberikan dagangannya secara cuma-cuma kepada ibu-ibu yang kebetulan tak mampu membelinya. Beliau juga sering kali mengajak anak-anak jalanan untuk tinggal bersamanya.
Dan tak jarang pula kebaikan hatinya itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang licik dan tak tahu diri. Bukan sekali saja Bu Karmi mengalami hal itu, bahkan pernah lebih buruk dari itu. Saat ia membawa dua orang anak jalanan untuk ia ajak menginap dirumahnya. Bu Karmi memang sering kali membawa anak-anak jalanan untuk menginap di rumahnya, namun sayang kebaikan hati Bu Karmi dibalas dengan penjarahan barang-barang berharga oleh para anak-anak jalanan itu, yang mengherankan Bu Karmi tak pernah menyesalkan dan kapok atas kejadian tersebut.
Hingga suatu saat, Bu Karmi mengalami musibah. Ia yang saat itu tengah berjualan terserempet mobil yang melaju cukup kencang. Gerobak beserta isinya berhamburan ditengah jalan, sementara Bu Karmi terpental dan mengalami banyak luka disekujur tubuhnya. Parahnya lagi sipengemudi kabur meninggalkan Bu Karmi yang tergeletak berlumuran darah.
Untunglah ada beberapa pengendara lain yang mau menolong Bu Karmi dan membawanya kerumah sakit terdekat. Awalnya rumah sakit yang didatangi tak mau menerima Bu Karmi, karena tak ada yang mau menjamin akan pembayarannya kelak, namun saat itu ada sepasang suami istri yang akhirnya mau menjamin perawatan Bu Karmi. Setelah sehari berada dirumah sakit, kami para tetangganya baru mendapatkan kabar tentang kecelakaan yang dialami Bu Karmi.
Selama satu minggu bu Karmi tergeletak tak berdaya dirumah sakit, kami hanya bisa membantunya membawakan makanan untuknya, sementara biaya perawatan ditanggung oleh sepasang suami istri tadi, yang kebetulan tengah merawat anaknya yang juga sakit. Dari perkenalan dengan mereka, kami baru tahu bahwa mereka adalah pengusaha yang cukup kaya dan terkenal di Kota kami.
Hingga akhirnya tiba bagi mereka untuk membawa anaknya pulang, sebelum itu mereka masih sempat berpamitan dan memberikan sejulah uang kepada Bu Karmi. Suasana harupun berlangsung, dengan berderai air mata Bu Karmi mengucapkan banyak terima kasih kepada penolongnya dan ia berjanji untuk membalas budi mereka dengan cara apapun yang bisa ia lakukan.
Beberapa jam setelah itu, Bu Karmi menemukan sebuah bungkusan di samping tempat tidurnya. Awalnya ia berpikir bahwa bungkusan itu adalah seonggok sampah, namun setelah ia periksa ternyata didalamnya terdapat beberapa gepok uang dalam jumlah yang sangat besar, juga beberapa lembar surat-surat yang tak dimengerti oleh Bu Karmi. Selama tiga hari Bu Karmi menyimpan bungkusan itu berharap pemiliknya datang.
Namun sampai akhirnya ia diperbolehkan pulang, pemilik bungkusan tersebut tak juga datang. Akhirnya Bu Karmi memutuskan untuk membawa bungkusan tersebut ke rumah. Sesampainya dirumah ia memberitahu kami tentang penemuannya itu. beragam pendapat terlontar, mulai dari menggunakan uang tersebut untuk membangun rumah, membeli perabotan sampai menyimpannya di bank agar bisa berbunga.
Namun Bu Karmi tetap bertekad untuk mengembalikan uang beserta lembaran-lembaran kertas tersebut kepada pemiliknya. Kebetulan aku yang dimintai tolong untuk membaca kertas-kertas yag ada dalam bngkusan tersebut, Bu Karmi berharap dari kertas tersebut ada sebuah nama atau alamat yang bisa didatangi. Dan kebetulan pula aku menemukan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat.
Setelah kami datangi alamat yang tertera dalam secarik kertas tersebut, ternyata kami bertemu kembali dengan pasangan suami istri yang dulu menolong Bu Karmi, dan memang bugkusan yang ditemukan Bu Karmi itu adalah miliki mereka. Uang dan surat-surat yang ternyata adalah surat wasiat itu berniali tak kurang dari enam ratus juta rupiah dan mereka amat bersyukur kami mau mengembalikan miliki mereka tersebut.
Dan sejak peristiwa itu, kehidupan Bu Karmi secara drastis berubah, karena pasangan suami istri tersebut sejak itu mananggung semua biaya kehidupan Bu Karmi. Ia kini tak perlu lagi mendorong gerobak dan menjajakan sayuran. Namun begitu kesedrhanaan, ketulusan dan kepedulian terhadap sesamanya tak berubah, ia masih seperti tukang sayur seperti dulu, ia masih perduli dengan kesusahan orang lain, namun kini ia tak lagi sebatang kara karena ada satu keluarga yang begitu mencintai dan menghargai si tukang sayur yang begitu jujur. [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah Nyata
Catatan: Ayo kita dukung Tionghoanews dengan cara mengirim email artikel berita kegiatan atau kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id dan jangan lupa ngajak teman-teman Tionghoa anda ikut gabung disini, Xie Xie Ni ...