Hubungan pernikahan kita memang kandas di tengah jalan hanya karena faktor keras kepala kita berdua, padahal kita masih saling mencintai dan secara rutin kita masih bertemu untuk bercerita tentang kehidupan kita sehari-hari.
Penyesalan memang selalu datang terlambat setelah perceraian, tapi itulah yang terjadi dalam hubungan kasih kita. Pernikahan kita masih sangat muda, tapi komunikasi tidak berjalan dengan baik karena kita tidak tinggal serumah, berlainan kota, maka kerapkali terjadi benturan-benturan kecil yang membuat kita merasa tak nyaman. Kita berdua lupa bahwa benturan kecil tersebut adalah perjalanan menuju penyesuaian diri kita berdua.
Mantan suamiku terkasih,
Kamu tahukan, jika kamu adalah cinta pertamaku, maka tak mudah bagiku melupakanmu dan memang sesungguhnya aku juga tak rela kehilangan kenangan indah bersamamu. Aku juga masih merasakan bahwa kamu sangat mencintaiku dan selalu memberi perhatian besar untukku. Hal itulah yang membuat kita selalu ingin kembali bertemu menghabiskan malam libur bersama, layaknya orang pacaran.
Getar-getar asmara masih melingkupi hati kita berdua, hingga kita masih saling pandang dengan mesra, berpegang tangan sepanjang jalan dan berciuman hangat. Hati kecil kita tak bisa berbohong jika kita berdua masih mencintai dan saling membutuhkan.
Umurku masih muda dan kamu faham bahwa aku adalah seorang sales alat berat yang harus bertemu dengan banyak pria karena tanggung jawab pekerjaan. Sering juga kuceritakan kepadamu bahwa beberapa pria klienku sering menggoda dengan mengirim bunga serta puisi bermakna harapan cinta.
Sayangku, semua itu kuceritakan kepadamu agar kau mengerti bahwa bunga-bunga yang dikirim itu tak bermakna apa-apa di hatiku. Aku hanya mencoba menjadi sales yang baik dengan menjaga hubungan pekerjaan semata. Namun kamu sering tidak faham besarnya cintaku kepadamu. Berulang kali kamu katakan bahwa aku mempunyai banyak pacar, tentu saja aku marah dengan tuduhanmu, karena aku merasa tak memberi hati kepada siapapun, kecuali untukmu. Hingga lelah aku meyakinkanmu bahwa aku tak memperdulikan segala godaan yang datang, aku hanya menginginkanmu, tapi kau tak percaya. Disitulah kita sering bertengkar.
Mantan suamiku tersayang,
Memang sekarang kita mulai menjajagi kembali hubungan cinta baru setelah perceraian kita, serta mulai membuka diri untuk hubungan cinta secara dewasa, tapi aku yakin kita tak bakal berhasil jika kamu dan aku tidak punya cara komunikasi yang terbuka dan kepercayaan.
Selain itu pula sebaiknya kita harus meluangkan waktu bersama seperti masa awal pacaran dahulu. Kita coba mencari waktu bertemu sesering mungkin agar perbedaan dapat segera kita pahami. Perbedaan, sesuatu yang biasa, kan ?
Namun minggu lalu aku sangat terpukul dengan ulahmu saat kita berkencan menghabiskan malam ulang tahunku, hanya kerena aku menjawab pesan dari kawan yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku lewat ponsel, kamu begitu marahnya padaku. Padahal aku sudah minta ijin kepadamu sebelum hidangan makan malam tiba untuk menjawab banyak pesan yang masuk mengucapkan ucapan selamat kepadaku dan kamu mengijinkan.
Kemudian selagi kita mendengarkan musik tengah malam, mendadak tanda pesan masuk di handphone ku menyala kembali. Ibu dan adikku mengirim pesan mengabarkan berita penting, yang tentu saja segera kujawab,. Namun kamu salah mengerti, kamu mengira bahwa aku berkirim pesan dengan orang lain.
Aku memintamu membaca pesan tersebut, tapi karena kemarahan masih melingkupimu, kamu menolak membacanya. Tak berhenti sampai di situ kemarahanmu. Kamu juga merasa aku lebih besar perhatian terhadap ponselku, karena aku sering melihat ponselku untuk melihat adakah pesan masuk.
Memang dari banyak pesan yang kukirim, ada yang kukirimkan untuk Dito sahabatku sejak kecil, yang isinya meminta konfirmasi darinya tentang kesalahan panggilan nama untukku dan memintanya mengklarifikasi lewat ponselku. Aku menunggu jawaban dari Dito malam itu, tapi kau tetap tak mempercayaiku juga. Kau pergi membawa kemarahanmu dan aku juga pergi membawa kemarahanku. Kamu merasa benar bersikap, demikian juga aku.
Mantan Suamiku tercinta,
Lelah sekali aku malam itu, makin sulit aku memahamimu dan kau juga sulit mamahamikukan. Di antara keterbatasan pertemuan, di antara keterbatasan status, bukan begitu cara mencerna cinta kita. Pahamilah. Surat terbuka ini kubuat untuk dijadikan kenangan indah jika memang kita harus berpisah selamanya. [Olivia Li / Bandung] Sumber: Facebook
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com