KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 23 Januari 2013

KETIKA PENYAKIT AYAN NYARIS MERENGGUT CITA-CITAKU

Sebelumnya, para pembaca bisa memanggil saya dengan Julya saja. Saya suka menulis, namun saya bukan penulis yang hebat. Melalui cerita ini, saia ingin berbagi kisah dan menginspirasi pembaca sekalian. Ini bukan fiksi, ini bukan pengalaman yang dibuat-buat. Ini murni kisah saya sendiri.

SUMPAH IBU

Saya bukan berasal dari keluarga kaya. Ayah saya seorang salesman dan buruh di sebuah pabrik kopi, sementara ibu saya bekerja sampingan sebagai penjahit. Mungkin karena lebih dekat dengan Ibu sejak kecil, kami punya ikatan hati yang kuat.

Hidup berkekurangan sejak kecil sampai menikah, Ibu saya menjadi orang yang amat pekerja keras. Beliau selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak"nya: untuk saya dan kakak-lelaki saya satu"nya. Tidak peduli dengan keadaan berkekurangan, beliau akan memberikan yang terbaik untuk kami. Masalah keuangan ini tidak jarang memicu ketegangan antara Ibu dan pihak keluarga Ayah. Saya dan Kakak tumbuh dalam kondisi semacam ini.

Sewaktu Kakak akan masuk TK, Ayah menganjurkan untuk masuk sekolah negeri saja karena biayanya lebih murah. Ibu menolak, beliau ingin Kakak masuk TK Santa Maria Pekanbaru. Meski biayanya mahal, namun Ibu ingin Kakak dididik di sekolah yang terkenal dengan kedisiplinannya itu. Nah, sewaktu saudara Ayah mendengarnya, kontan ia berkata, "Huh, ga sanggup sekolah mau sekolah di Santa Maria!"

Ibu saya sangat marah karena diremehkan. Jadilah beliau berkata, "Akan saya buktikan, saya bisa tamatkan kedua anak saya hingga SMA!"
(dan ya, Kakak lulus dari SMA Santa Maria Pekanbaru tahun 2011, dan saya tahun 2012. Ibu saya berhasil.)

KELAS 1 SMA, PENYAKIT ANEH MENDATANGI SAYA

Tahun 2009, saya masuk SMA Santa Maria. Senangnya bukan main saat saya bisa meringankan beban Ibu. Biaya masuk yang 4 juta dipotong setengahnya, kebetulan karena saya meraih ranking 1 dan banyak berprestasi selama di SMP. Bayangkan rasanya Anda bisa membanggakan orangtua Anda, bukankah itu sesuatu banget?

Saya menyambut semester pertama dengan bahagia. Semua berjalan normal sebagaimana mestinya. Sungguh, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari saya akan mengalami sesuatu yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup.

Waktu itu, semester 2 di tahun 2010. Saya sedang mengikuti pelajaran seperti biasa. Entah mengapa (dan saya bahkan tidak menyadari apa-apa) tiba" semua menjadi gelap. Saya hilang kesadaran sekitar beberapa jam, dan saat sadar, saya sudah ada di UKS.

Kakak, guru dan kawan" saya berkumpul menjenguk saya. Mereka bertanya apa yang terjadi. Saya bingung, tidak tahu harus menjawab apa. Yang saya rasakan hanya, kepala saya sakit bukan main, bibir dan lidah saya luka seakan habis digigit. Tentu, saya shock.

Semua orang mengira saya pingsan gara-gara kelelahan. Awalnya saya berpikir begitu pula. Saya pulang, saya diberi obat dan disuruh istirahat. Saya pikir dengan begitu, selesai, nothing's gonna happen. Dan ya, berhari" sesudahnya saya sudah kembali normal.

Namun, cobaan demi cobaan mulai menerjang. Penglihatan saya sering mutar", saya pun mulai sering pingsan setiap bbrp bulan sekali. Rasanya benar-benar mengerikan. Pingsan, bangun, pusing dan pingsan lagi. Saya mulai bertanya dalam hati, Tuhan, ada apa dengan saya? Sebenarnya apa penyakit yang saya idap?

Teman" pikir saya kelelahan. Nenek bilang saya diganggu roh "macem-macem". Dokter bilang saya hipotensi (-yang ini emang kenyataan-). Saya dibawa ke dukun, dicarikan orang pintar - dimantrai, dikasih yang macem" dari jamu hitam, sop tangkue, sampai susu kambing. Tapi bahkan itupun tidak bisa menyembuhkan saya. Heran, dokter pun bilang saya tidak ada penyakit apa". Lalu saya kenapa?

Teman saya berbisik suatu hari, "pak guru bilang sama kami, itu gejala epilepsi lo Jul.Saya shock, saya mulai search tentang penyakit ini, semua yang saya baca dalam sekejap menghancurkan saya.

Anda tahu bagaimana perasaan saya? Yang ingin mengejar cita-cita dan sukses demi orangtua, tapi tiba" semua hancur oleh penyakit bernama ayan? Saya menangis, saya meratapi nasib saya. Tiap saya pingsan, saya menangis, tiap saya memikirkan tentang "kelak", saya menangis. Saat itu, saya berada dalam titik terhancur dalam hidup saya. Tidak ada yang saya pikirkan selain bahwa tidak ada masa depan untuk saya.

MAMA: BERHENTI MENANGIS, KAMU PASTI SEMBUH

Di saat paling kelam dalam hidup saya, adalah Ibu yang selalu menghibur dan menguatkan saya. Ketika saya menangis, Ibu berkata, "Jangan menangis, kamu akan buat Mama ikut menangis!" Di saat yang sama, saya ingin berhenti menangis, tapi saya tidak bisa berbohong: saya sungguh tersiksa oleh cobaan ini.

Ayah menyarankan supaya saya kuliah di Pekanbaru saja. Saya menolak, sebab saya sudah lama ingin sekali ke Jawa, masuk universitas bergengsi dan membanggakan Ibu. Tapi tidak ada dukungan. Ayah bahkan sempat berkata, kamu nikah dan buka toko saja (sebgmn kebiasaan orang Tionghoa, berwirausaha).

Ibu marah sekali. Katanya, "Kamu jangan membuat anakmu berakhir seperti ini! Dia telah tekun belajar demi kita, tapi kamu mau semua berakhir gara" pemikiranmu yang kolot. Tidak, saya tidak akan setuju! Apa yang anak saya ingin gapai, akan saya dukung!"

Sebuah hari yang mengejutkan datang ketika suatu hari, Ibu datang ke Bengkalis. Saya sedang tinggal dengan Nenek dan keluarga di sana ketika Ibu datang hari itu dan berkata, "Pakai uang tabungan Ibu. Pergilah dgn Ayah ke Malaysia."

Itu salah satu hal yang paling saya syukuri sekaligus sesali dalam hidup. Syukuri, karena sejak berobat di sana saya pulih secara menakjubkan. Sesali, karena aku mungkin telah "merenggut" tabungan Ibu untuk hari tuanya kelak.

SAYA BANGKIT KEMBALI

Ya, itu yang saya rasakan sekarang. Di Malaysia, dokter memberi saya obat yang begitu ajaibnya menyembuhkan saya. Sampai sekarang (sekitar 9 bulan sesudahnya) saya sudah kembali normal. Dan ya, saya kini tengah belajar giat untuk persiapan tes masuk SBMPTN, Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Pembaca mohon doanya yaa.. :)

Saya ingin berterima kasih kepada keluarga, kawan" dan mantan guru saya di Santa Maria. Kakak, yang begitu hebat dan tekun belajar hingga bisa dikirim magang ke Kuala Lumpur. Ayah, meski keras kepala tapi teteup the best.

Secara khusus, saya ingin berterima kasih kepada Dr.Abu Bakar Ab.Rahman di Malaka, ialah "uluran tangan Tuhan" yang turut andil membantu saya pulih. Dan saya juga berterima kasih kepada Tuhan karena memberikan ibu yang begitu baik untuk saya.

***
Ibu, kau menangis ketika aku menangis. Kelak nanti, aku ingin Ibu turut tersenyum bersamaku. Aku ingin Ibu tersenyum penuh kebanggaan kepadaku dan Kakak, tersenyum melihat kedua anakmu sukses.

Penyakit ini mungkin akan menjatuhkanku. Tapi demimu, Ibu, aku akan bangkit.* [Julya / Bandung]

--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak

BACA DIBAWAH INI

Di bagian bawah artikel ini kedepan akan ditampikan iklan-iklan baris Maksimal 100 huruf dengan tarif Rp.5.000,- per artikel (Min.100 artikel) dan bagi yang berminat bisa kontak email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA