“Ya, insya Allah, rencana ke depan, memang saya akan segera menikahi Dayana,” ujarnya tegas dan mantap dengan seulas senyum khas di bibir tebalnya.
“Kalo Mbak Dayana sendiri, gimana? Apa sudah siap menikah lagi, Mbak,” giliran presenter pria kemayu itu yang menanya bintang sinetron cantik papan atas yang duduk berdampingan mesra dengan Paul, pria yang dipacarinya, yang bertubuh agak gempal itu.
“Saya sih tergantung sama Mas Paulnya saja, Mbak. Alhamdulillah, kalau bicara siap atau belum, saya sudah siap, Mbak. Insya Allah saya juga siap kapanpun Mas Paul akan meminang saya,” ucap Dayana riang dan ringan tanpa beban, seraya menggelayut begitu mesra pundak pacarnya.
Sontak, kedua presenter gosip itu langsung terpekik histeris saat melihat adegan mesra sepasang kekasih yang tengah dimabuk kepayang oleh cinta itu. Sementara teriakan “priktiuww!” dari Mas-Mas yang sedang tugas menyooting dan mengedit gambar pun riuh- rendah tak tertahankan.
Dayana adalah bintang sinetron papan atas yang beberapa bulan lalu ketahuan selingkuh dengan Paul, seorang pengusaha kaya-raya asal Jakarta. Paul benar-benar sosok pria kharismatik menurut Dayana, sehingga iapun lebih memilih berpasrah-diri saat diceraikan Andika, suaminya, yang telah memberikan seorang putra yang kini tengah menginjak masa remaja.
Brak!
Kulempar dengan kesal remote warna silver – setelah sebelumnya memencet kasar tombol offnya – ke arah rak televisi layar datar di pojokan ruang tamu. Bah! Aku benar-benar benci mendengar statement Papaku yang membawa-bawa nama Tuhan itu. Apa maksudnya pasangan peselingkuh itu mengucap pujian Tuhan untuk menutupi polah tak bermoralnya? Sungguh tak tahu malu!
“Daniii!”
Itu suara pekik Mama yang langsung tergopoh keluar kamarnya saat mendengar suara benda jatuh, ooh…bukan, bukan jatuh, tapi sengaja aku banting.
Mama meraih remote yang pecah, sementara kedua batrenya menggelinding di bawah rak televisi. Mama geleng-geleng kepala, lalu duduk menjejeriku yang tengah duduk di sofa dengan kedua lutut kutekuk dan sepasang mata berkilat penuh nyala api dendam dan amarah.
“Dani kesel Ma, kenapa Papa lebih memilih bintang sinetron itu, Ma. Mengapa juga Papa tega menghancurkan perasaan Dani, Mama, Om Andika, Yoga dan…. Dewi,” Dani langsung tergugu, saat mengucap nama Dewi. Ya, betapa tidak? Dewi adalah gadis yang baik, sahabat sejatinya satu kelas di SMA-nya.
Sontak, Dani langsung mengutuk-ngutuk polah bejat Papanya, ketika ia tahu, bahwa perempuan yang berselingkuh dengan Papa adalah Dayana, Mamanya Dewi.
“Sabar, Dani…, sudah tak ada yang perlu ditangisi lagi. Kita pasrahkan saja semuanya sama Tuhan. Kalau memang itu adalah jalan keputusan yang dipilih Papamu, Mama akan berusaha ikhlas, biarlah Tuhan yang nanti akan membalas semua pengkhianatan ini,” bisik Mama dengan membasuh luka yang kian memerih dalam relung kalbunya.
“Tapi…, kenapa juga Dewi mesti terlahir dari perempuan yang telah merebut Papa itu, Maa..! Aku benci Papa! Aku benci Papa!”
Dani semakin tergugu. Sementara Mama langsung mendekap putranya erat dengan buliran air mata yang langsung berderai-derai.
***
Gadis remaja itu masing menggeming. Tak sedikitpun ada hasrat untuk menjamah benda mungil di atas bantal yang ada di sampingnya, yang sedari tadi terus menyala-nyala, bergetar dan melengking-lengking.
“Wi, kok nggak diangkat,” tanya Papa yang baru masuk kamar Dewi tanpa sepengetahuannya.
“Males banget, Pa,” sahut Dewi ketus.
“Memang siapa yang nelpon…,” selidik Papa.
Dewi membisu.
“Wi…, sia…,”
“Siapa lagi kalo bukan Mama…,” lekas Dewi memotong pertanyaan Papanya dengan sorot mata penuh kebencian.
Papa langsung sepenuh mafhum kenapa Dewi tak mau mengangkat telpon dari Mamanya yang nyaris saban hari menelpon dan tak lupa mengirimkan pesan singkat menanyakan kabarnya. Ya, Dewi dan Yoga, lebih memilih tinggal sama Papa, daripada sama Mama yang jelas-jelas telah berselingkuh dengan pengusaha kaya itu hingga keluarganya yang tadinya cukup bahagia akhirnya rengkah-meretak dan berbuntut perceraian Papa-Mamanya.
Di sisi lain, Dewi pun malu bukan kepalang karena semua teman-teman di sekolahnya seakan ikutan mencibir dan melirik sinis, bahkan ada sebagian yang menjauhinya, gara-gara kasus perselingkuhan yang menimpa Mamanya itu. Dan, kekesalan Dewi pun kian memuncak dan nyaris meletus dari ubun-ubunnya karena sahabat sejatinya, Dani, ternyata adalah anaknya Paul, lelaki yang berselingkuh dengan Dayana, Mamanya.
Benda mungil di sebelah Dewi terus melengking dan bergetar. Lalu…, entah ada kekuatan dari mana hingga tiba-tiba Dewi menyambar dengan kasar selulernya, lantas memencet paksa salah satu tuts-nya.
“Halo, Dewi, kok nggak diangkat-angkat sih. Mama kan kangen sama kamu, gimana kabarmu, Yoga dan… Papa,” suara renyah Mama di ujung telepon mengalun tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Udahlah, Ma, Dewi muak dengan semua kepura-puraan Mama selama ini! Aku benci Mama!” dan…klik! Dewi langsung memutus-paksa pembicaraan dengan Mamanya. Lantas dengan sepenuh kesal, dilemparkannya ponsel miliknya ke samping kirinya.
Papa bersilekas menghampiri, meraih ponsel Dewi, lantas duduk menjejerinya.
“Wi, kamu nggak boleh bersikap kayak gitu, bagaimanapun juga dia adalah Mama kamu, orang yang telah melahirkanmu…,” hibur Papa, ah, sejatinya ia tengah menghibur dirinya sendiri.
Sebagai seorang imam keluarga, sebenarnya Papa telah menyarankan Dayana untuk tak terjun lagi ke jagat dunia hiburan. Dan seperti janji yang pernah diucap Dayana dulu sebelum dinikahi Papa, ia memang hendak hengkang dari dunia keartisan yang selama ini telah membesarkan namanya. Tapi, ternyata Dayans melupa (atau lebih tepatnya mengingkari) janjinya sendiri. Setelah Yoga, adiknya Dewi berusia dua tahun, Dayana tak kuasa lagi untuk menolak segala tawaran manis untuk kembali terjun ke dunia keartisan. Menyanyi, membintangi sejumlah judul film dan sinetron, menjadi ikon sebuah produk kecantikan dan lain sebagainya.
Hingga pada suatu ketika, ia bertemu dengan Paul, lelaki kaya-raya yang mampu memenuhi segala hajat duniawinya, melebih suaminya sendiri. Terlebih, setelah dirasa penghasilan Papa yang bekerja di sebuah perusahaan ternama tak mampu memenuhi segala kebutuhan hidup Dayana yang serba glamour.
“Pa…, kenapa ini mesti terjadi pada keluarga kita…,” Dewi terus mengisak-tangis di bahu Papa.
“Ssst, sabar Wi. Kita mesti kuat dan terlihat tegar di depan orang-orang, walaupun sejatinya hati kita hancur. Tapi… kamu mesti percaya sama Papa, setiap pengkhianatan pasti ada balasnya, ada karmanya…,” lirih Papa sambil mengelus-elus pundak putrinya dengan kedua mata memerih, tersaput oleh kabut luka.
Disalin oleh: Mei-ing