KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 24 Agustus 2011

PERLU SOLUSI AGAR ETNIS TIONGHOA BISA LEBIH DITERIMA

Diskriminasi masih kerap terjadi pada etnis Tionghoa. Perlu segera dicarikan solusi agar etnis Tionghoa bisa lebih diterima di masyarakat Indonesia yang majemuk.

Hal tersebut diutarakan oleh Sosiolog UI, Thamrin Amal Tomagola, saat tampil sebagai pembicara dalam diskusi publik "Penyusunan pedoman pemberian penghargaan anugerah budaya bagi pemerintah daerah berbasis budaya dan menggali nilai-nilai budaya lokal masyarakat", yang diadakan di Balaikota Surakarta, Rabu (24/8/2011).

Thamrin memaparkan di Indonesia saat ini terdapat 10 suku yang mendominasi dari segi jumlah, sejarah kemapanan budaya, dan melahirkan tokoh-tokoh nasional dari berbagai bidang. Kesepuluh suku bangsa itu adalah Bugis, Bali, Madura, Jawa, Sunda, Minang, Melayu, Batak, Aceh, dan keturunan Tionghoa.

Namun dari jumlah populasi, etnis Tionghoa merupakan etnis terbanyak ketiga setelah suku Jawa dan suku Sunda. Jumlah populasi etnis Tionghoa telah menggeser suku Madura yang turun ke peringkat keempat.

Selain ada peningkatan signifikan dalam jumlah, etnis Tionghoa juga menguasai 80 persen perekonomian Indonesia. Kenyataan itu, lanjut Thamrin, harus dikelola secara serius untuk segera dicarikan solusi. Jika tidak, dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan serius di waktu mendatang.

"Bisa membahayakan kalau tidak segera dikelola. Mereka besar dalam jumlah jiwa, tetapi selalu diperlakukan sebagai minoritas jika dihadapkan dengan warga pribumi secara keseluruhan. Praktik diskriminasi terhadap mereka juga masih terjadi, meskipun semua aturan hukum yang menghalagi mereka telah dicabut," ujarnya.

Dia mencontohkan, di Universitas Indonesia masih diterapkan jumlah mahasiswa etnis Tionghoa tidak boleh lebih dari 3 persen. "Di UI misalnya, etnis Tionghoa hanya dapat kuota 3 persen, tidak boleh lebih dari itu," kata dia.

Kondisi ini menyebabkan banyak anak-anak pintar dari kalangan Tionghoa yang berasal dari keluarga berada memilih sekolah ke luar negeri. Kondisi ini justu merugikan Indonesia.

"Kondisi seperti ini tetap membahayakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak boleh ada yang dikalahkan seperti itu. Jika dibiarkan, mereka akan terus-menerus menjadi korban. Dalam kondisi tenang mereka dijadikan sapi perahan, dalam kondisi kacau mereka akan dijadikan sasaran amukan," lanjutnya.

Guru besar sosiologi tersebut memberikan salah satu alternatif solusi yaitu dengan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi etnis Tionghoa menjadi pejabat publik. Namun pihak Tionghoa juga harus mengurangi dominasi ekonominya dengan melakukan redistribusi kekuatan ekonomi yang dikuasainya. [Ng Ai Li, Solo, Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA