KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 15 September 2011

BISAKAH DIRIKU SEPERTI DULU LAGI

Story: Aku tidak memiliki siapapun yang bisa aku percaya. Padahal beban yang aku alami sungguh berat, semakin berat, rasanya seperti ada balok hitam yang meyesakkan kalbuku tiap aku bernapas. Aku kadang tidak mengerti cara kerja Tuhan, Tuhan penuh misteri. Tuhan, dimana aku bisa menemukanMu dan berbicara langsung padaMu. Aku ingin bertemu Tuhan.

Aku melewati hari-hari yang berat, dengan perasaan yang sering tak karuan. Membuatku kadang tak mengenal diriku sendiri. Aku siapa? Aku di mana? Membuat aku sering lupa apa yang baru saja aku lakukan, apa yang semalam kulakukan dan kemarin dan kemarinnya lagi.

Aku tak pernah fokus, salah, bukan tak pernah, tapi tak bisa. Aku lupa kapan terakhir kalinya aku fokus. Seingatku, hanya waktu aku SMU kelas 3, saat nilai ujian fisikaku hanya mendapat nilai 0,5 karena semalaman tidak belajar tapi malah mencari dana kegiatan OSIS.

Kejadian itu membuat aku terpacu untuk belajar, mencoba lebih fokus dan nilaiku mendapat nilai tertinggi berikutnya.

Di saat soal-soalnya sudah menjadi sulit, di saat teman-temanku kewalahan mengerjakan soal-soalnya, tapi aku begitu mudah mendapat nilai hampir sempurna, nilai yang tinggi dan tertinggi, di kelasku. Kelas yang bergengsi saat SMU. Betapa aku mendapatkan diriku. Itulah diriku. Diriku yang penuh percaya diri dan siap menyongsong masa depanku. Masa depan yang aku yakin pasti aku akan berhasil menggapai cita-citaku. Indah sekali.

Tapi disaat sekarang, kenapa aku berbeda. Sangat berbeda. Aku tak pernah fokus lagi. Pikiranku tidak disini. Pikiranku ada di atas awan, berpencar dan terus mencari arti kebenaran hidup. Di manakah ia berada? Akankah kebenaran mau bertemu denganku yang jiwanya sudah setengah rapuh ini? Kebenaran, dengarkan aku sebentar, aku ingin hilang dari fitnah yang bermacam-macam, akankah aku lepas dari itu semua?

Hari-hari aku tersenyum, tapi tidak ada seorang pun yang tau bahwa itu semua hanya kebohongan, mereka tidak ada yang tau luka dalam hatiku yang begitu dalam, yang kalau aku mau berpikir sejenak memikirkan masalahnya mampu melumpuhkan kedua kakiku dan seluruh syaraf – syarafku.

Tuhan, aku yakin Engkau ada. Akankah sekarang Engkau sedang menggendongku? Di saat alam pikiranku merasakan bahwa aku telah tak mampu berjalan. Pikul beban yang aku bawa, sangat berat, sangat berat Tuhan. Tuhan, sebenarnya aku tidak ingin mengeluh, sungguh aku tidak ingin mengeluh. Terkadang aku bersimpuh pada MU, aku yakin Engkau mendengarku.

Tuhan, tapi aku mohon, jangan biarkan aku terus-terusan menjadi orang yang munafik, orang yang hari-harinya sepertinya penuh kestabilan hati dan keceriaan tapi ternyata hatinya hancur dan tak berasa. Aku benci orang munafik, aku tidak tahu, aku tidak tau kemana arah langkah kakiku membawaku. Karena, langkah kakiku aku pun tak tau sapa yang sebenarnya menggerakkan. Karena, jika aku sadar, pikiranku selalu kacau dan tanpa sadar aku telah berada disini. Disini, tanpa tahu apa yang sebelumnya telah aku lakukan.

Tuhan, apa itu fatamorgana? Apa kebahagiaan juga bersifat seperti itu? Kenapa aku merasa sedikit sekali kebahagiaan di saat sekarang? Tuhan, aku lelah, aku ingin duduk sejenak, bebas berpikir dan merenung, sebentar saja, tidaklah lama, karena aku telah lelah, lelah, sangat lelah. Ku ingin bersimpuh sebentar di bawah pohon yang Kau anugrahkan untuk orang-orang yang beriman padaMU.

Tapi apakah aku pantas? Aku merasa diriku tidak pantas. Tuhan, maafkan aku yang sering tidak mensyukuri karuniaMU. Tapi memang aku lelah, sering aku ingin meminta dan berdoa pada Engkau, tapi, aku merasa malu, aku malu, dengan diriku yang tak mampu menanggung beban berat.

Sekarang, aku merasa memoriku tidak sekuat dulu, sering aku mengamat-amati orang karena aku lupa dia siapa. Sering aku terbangun dari tidurku dan sekian lama aku berusaha mengenal diriku sendiri.

Apa yang terjadi denganku? Kenapa, aku sering tidak mengenal diriku dan orang lain lagi. Kepada siapa di dunia ini aku boleh berbagi? Aku tidak punya petunjuk hati untuk itu. Aku, mungkin lebih baik aku bercerita pada orang yang jauh, yang kemungkinan bertemu denganku sangat kecil, karena aku tidak mau ditertawakan dan di kasihani. Aku takut dan tidak menyukai pandangan orang-orang yang mengkhawatirkan diriku, yang mengasihani diriku. Terutama dengan keluargaku.

Tuhan, ini teriakan kalbuku. Aku hanya bisa dan mampu menuliskan ini semua dalam bentuk tulisan, Tuhan , saat ini hatiku sedang berdoa, doa yang aku panjatkan adalah tulisan ini, ku mohon beri aku kemudahan, beri aku kekuatan pikiran, beri aku ketajaman ingatan yang sekarang sudah melemah lebih dari penyakit orang tua. Aku hanya tidak ingin, ada yang mengambil alih tubuh dan pikiranku. Aku hanya ingin menemukan diriku, jiwaku, diri dan jiwaku yang sebenarnya, yang entah sekarang tersesat di dunia mana. [Vivi Tan, Jakarta, Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA