Pikiran ibu, kamu tidak pernah jauh dari ibu…, dan ibu juga senantiasa bisa mengatakan rasa sayang dan cinta ibu padamu setiap hari secara langsung tanpa perlu menuliskan surat cinta untukmu. Dan Ibu tak perlu akan menuliskannya kecuali kalau kamu kuliah nanti dan harus jauh dari ibu. Namun siapa yang menyangka Son, umurmu baru 7 tahun dan kini harus berpisah dari ibu.
Ibu telah membaca suratmu yang engkau masukkan ke dalam dompet belanja ibu, pagi sebelum ibu berangkat ke pasar dan sebelum peristiwa yang merenggutmu dari ibu itu. Surat cintamu buat ibu, sempurna sekali nak. Orang tidak akan menduganya kalau ternyata anak ibu yang berumur 7 tahun bisa menulisnya demikian indah, bahkan ayah dan ibu saja mungkin kalah dan tak sehebat dirimu.
Ketika ibu membacanya, ibu ketawa… pikir ibu kamu berbakat seperti ayahmu, bisa meluluhkan banyak hati wanita nantinya. Suratmu itu kini telah ibu laminating dan ibu masukkan ke dalam album foto di kamar kita, dan juga ibu masukkan setiap penggalan kata tersebut dalam hati ibu. Ada rasa haru, kebanggaan dan kesedihan kala ibu membacanya kembali.
Anakku sayang, pastilah kini engkau amat bahagia bersama Bapa di surga, sudah tidak sakit lagi kan sayang?, ingin sekali ibu menyalahkan pesawat sial itu atau kaptennya atau apa saja yang menyebabkan pesawat nyungsap terkena tubuh kecilmu. Ketika dokter di rumah sakit katakan engkau telah tiada, ibu merasa ibu juga akan mati dan tak sanggup bertahan lagi. Namun ibu sadari belakangan ini lewat kehadiranmu dalam mimpi ibu, bahwa ibu harus tetap kuat. Kamu mengatakan engkau amat bahagia di dunia barumu, engkau katakan agar ibu jangan bersedih dan engkau tak mau ibu terus menangisi kepergianmu. Ayahmu juga mengatakan itulah yang Ason inginkan. Ibu akan kuatkan hati ibu, supaya engkau bisa senantiasa tenang di sisi Tuhan.
Engkau tahu Son, ibu amatlah sayang dan cinta padamu, tapi ibu sungguh tak mengerti Tuhan memanggilmu begini cepat. Cuma dirimu saja teman ibu di rumah ketika ditinggal ayahmu berlayar, dan sekarang ibu kesepian sendirian di rumah. Ibu rindu Son memelukmu, rindu melihat tingkahmu yang terkadang menjengkelkan itu. Setiap kali mau tidur dan mau makan air mata ibu hampir selalu jatuh, ibu benar-benar rindu padamu. Hanya kenangan, dan bajumu saja yang bisa ibu peluk kini….
Ibu akan setia berkunjung ke rumahmu yang baru ini, indahkan Son?…makammu sengaja dipilihkan marmer berwarna merah, warna kesukaanmu. Ibu yakin kamu pasti suka. Engkau harus tertawa dan tak boleh bersedih di sana, karena meskipun Tuhan memisahkan kita…itu hanyalah untuk sementara anakku. Ada saatnya kita akan bertemu di Surga kelak. Dan selama kita berpisah engkau akan tetap hidup di hati ibu, juga di hati ayahmu. Nanti tiap bulan "ceng beng" ibu akan membawa surat cinta ibu dan membacakannya buatmu.
Salam Sayang, Ibumu [Novi Lim / Jayapura / Tionghoanews]