KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 08 Oktober 2011

TAK KUDUGA, KUSELINGKUHI SUAMI SAHABATKU

Story: Betapa terkejutnya aku setelah aku tahu pria yang sudah beberapa bulan kupacari, ternyata suami teman lamaku sendiri. Bukan hanya itu, anaknya juga teman anakku. Celakanya lagi, tempat tinggal kami masih dalam satu komplek. Duh, mauku kemanakan mukaku ini. Aku hanya bisa mengupat dalam hati, memaki, dan ingin mengeluarkan sumpah serapah lainnya, tentunya kepada pacarku itu. Benar-benar laki-laki buaya darat, bajingan, penipu ! Aku muak !!!

Bagaimana tidak, pembaca. Pertama aku kenal pacarku itu, sebut saja namanya Dedi (bukan nama sebenarnya), dia mengaku sudah duda. Kebetulan aku juga sudah janda. Aku ditinggal suami yang meninggal pada sebuah kecelakaan lalu lintas beberapa lalu. Awalnya aku biasa saja. Tapi Dedi nampaknya selalu berusaha mendekatiku, dan sesekali merayuku. Sebagai perempuan dan seorang janda, aku tak punya beban lagi. Apalagi didekati pria yang juga duda. Usiaku pun masih 30-an. Tentu tak ada penghalang kalau aku menerima pendekatan dan rayuannya.

Ya, lama-lama aku terpikat dan terikat dengan perasaanku sendiri. Diam-diam aku merindukan Dedi, merindukan ceritanya dan merindukan rayuannya. Jatuh cintakah aku? Yang jelas, aku merasa kembali seperti remaja dulu, walau aku sudah memiliki dua buah hati.  Hubungan kami lancar-lancar saja, walau aku berusaha menutupinya dari orang lain. Seandainya mereka tahu, biar saja, toch nggak ada salahnya kalau aku berteman dengan seorang pria. Lagi pula aku sering janjian sama Dedi di luar, nggak pernah Dedi kuajak ke rumah.

Suatu waktu, Dedi ngotot mau main ke rumahku. Aku tak bisa mengelak lagi. Dedi kuperkenalkan dengan dua anakku, yang sudah sekolah dasar. Mereka menyambut kedatangan Dedi biasa saja. Seperti tamu-tamu lainnya. Mereka asyik bermain sendiri, membaca dan mengerjakan PR sekolah. Setelah Dedi pulang, anak sulungku langsung mendekatiku. Pengakuannya sungguh mengejutkanku. ''Mama, om yang tadi itukan papanya teman Nana,''  ujar Nana, anakku. ''Yang benar Nana. Kamu salah lihat mungkin,'' ujarku berharap apa yang ku katakan itu benar.
''Iya, Ma. Benar, Nana nggak salah kok,'' jawab Nana.

Pembaca yang budiman. Aku tak kuasa lagi bertanya apa-apa pada Nana. Hatiku tiba-tiba terasa teriris, pedih sekali. Kubiarkan Nana memandangku heran. Air mataku pun mulai membasahi pipiku. Tanpa menunggu waktu, aku langsung ke luar rumah. Aku mencoba menyelidiki sendiri kebenaran kata anakku.

Setelah kuselidiki, memang benar. Dedi sudah memiliki istri. Dan setelah aku tahu siapa istrinya, aku makin terkejut. Istri Dedi ternyata Wina, teman sekolahku dulu. Dan, ternyata kami tinggal di komplek yang sama, walau terpisah beberapa blok. Tuhan, apa yang telah aku lakukan selama ini? Mengapa aku diperdaya oleh laki-laki hidung belang seperti Dedi? Padahal, aku sudah terlanjur menyukainya dan banyak berharap padanya?

Setelah kebenaran itu terungkap, aku langsung menjauhi Dedi. Aku tak mau bertemu dengannya lagi. Hatiku hancur, benci. Tapi diam-diam aku juga merindukannya. Sementara Dedi, tampaknya tak peduli dengan perasaanku yang sudah dicabik-cabiknya itu. Dedi terus mendekatiku. Dia minta maaf atas kebohongannya selama ini. Dan dia menyatakan kesungguhannya padaku. Dia benar-benar mencintaiku dan tak bisa pisah dariku.

Pembaca, aku juga merasakan apa yang dirasakan Dedi. Aku terlanjur menyukainya. Tapi aku tak mungkin menjalin kasih dengan suami temanku dan ayah dari teman anakku sendiri. Aku tahu apa akibatnya kalau sampai orang-orang mengetahuinya. Betapa hinanya aku. Betapa bejadnya moralku. Pasti kata-kata itulah yang akan ditujukan padaku. Aku tahu itu. Dan aku tak ingin julukan seperti itu hinggap kepadaku.

Namun perasaan ini mengalahkan akal sehatku. Dedi tetap saja mendekatiku, dan aku pun tak bisa menolaknya karena perasaan kami sama-sama suka, sama-sama membutuhkan. Ketika kami berdua, kami merasakan nyaman, dan tak peduli dengan orang lain. Tentunya frekuensi pertemuan kami hanya sesekali, ketika ingin bertemu dan kebetulan ada waktu saja.

Mungkin pembaca menganggapku sangat tak bermoral, karena aku juga sering main ke rumah Dedi. Tapi ketika di rumahnya aku bersikap biasa saja, karena kedudukanku di rumah Dedi bukan sebagai pacar gelap Dedi, melainkan sebagai kawan istrinya. Tentunya aku juga membawa anak-anakku karena mereka juga kawan sekolah anak Dedi dan Wina.

Saat ini aku sering dihantui kesalahan. Tapi aku tetap saja berhubungan dengan Dedi. Karena itu, aku ingin membagi ceritaku kepada orang yang aku percaya dan bisa memberiku jalan keluar.  Walau aku sudah tahu harus berbuat apa, (paling-paling semua orang pasti menyarankan agar aku menjauhi Dedi dan mengakhiri hubungan terlarangku itu), tapi aku belum bisa melakukan itu selama Dedi terus mendatangiku. Pembaca, aku mohon didoakan supaya aku bisa mengambil sikap. [Vivi Tan / Jakarta / Tionghoanews]


--------------------

Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews

--------------------

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA