Siswanya tidak perlu membayar sepeser pun untuk bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar disana. "Hanya matematika dan bahasa Inggris yang diajarkan," katanya. Pemilik nama lengkap Caroline Gunawan itu merekrut sejumlah sukarelawan sebagai tenaga pengajar.
Sementara tambahan buku-buku pelajaran, didapat dari teman-temannya. "Selama ini, saya mengajak teman-teman di facebook untuk menyumbangkan buku dan tenaga.
Apa yang saya lakukan itu merupakan bagian dari panggilan Tuhan," ungkapnya lalu tersenyum. Di ASA, sengaja hanya dua mata pelajaran yang diberikan. Menurutnya, dua itu yang paling sulit dipahami akibat faktor psikologis.
Semasa duduk di bangku sekolah, dia sempat merasakan ketakutan setiap kali menghadapi pelajaran matematika. "Dulu saya les matematika. Nggak kebayang, kalau sampai nggak les, berapa nilainya," tuturnya. [Teo Ai Ping / Jakarta / Tionghoanews]