KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 19 Maret 2012

PACAR TEMANKU

Pada awalnya rasa cinta itu tak pernah hadir di hati ini, namun pada akhirnya aku tertarik dengan seseorang yang seharusnya tak boleh aku cintai. Karena ia adalah pacar temanku, sebut saja namanya Ryan (bukan nama sebenarnya)  Aku juga tak mengerti apa yang membuat hati ini tertarik dengannya, padahal jelas-jelas ia telah memiliki kekasih, tapi keinginan untuk memilikinya belum bisa aku hilangkan dari perasaanku ini.

Ryan memang salah satu sahabatku yang telah akrab, karena itu ia tak pernah sungkan-sungkan memperlakukan aku sebagai adiknya sendiri, terkadang ia tak ragu-ragu untuk menggodaku, memelukku bahkan mencium kedua belah pipiku didepan sahabat-sahabtaku bahkan di depan pacarnya sendiri. Mungkin karena hal itulah akhirnya tumbuh benih-benih cinta dihatiku, padahal aku sendiri sadar bahwa perlakuannya terhadapku hanya sebatas seorang sahabat dekat

Hingga suatu saat kami  bertemu di rumahku. Pertemuan yang tidak kami rencanakan itu ternyata menjadi awal dari kapahitan hidup yang tak pernah bisa aku lupakan. Saat itu aku kebetulan sedang menonton televisi di kamar yang tereletak di lantai dua. Kebetulan aku terbiasa mematikan lampu saat aku sedang menonton. Seperti biasa Ryan langsung nyelonong masuk dan duduk disampingku. "Wah, film bagus nih, ikut nonton yah," ujarnya tanpa sedikitpun rasa sungkan.

Disaat itu pula aku sadar, bahwa aku memiliki kesempatan untuk berduaan dan sepertinya keinginanku untuk memilikinya bisa terkabul walau hanya untuk sesaat, disaat itu pula aku tak menyadari bawha bayangan kelam tengah mengintai dan akan menjadi hari-hariku kelak. Saat pacar temanku itu merangkulku dari samping, ada rasa nyaman yang menjalari perasaanku. Entah keberanian dari mana yang membuatku akhirnya berani membalas rangulannya, bahkan mencoba mengecup bibirnya.

Awalnya Ryan sangat terkejut mendapati itu semua, ia berusaha menghindar dan menolak tapi lama kelamaan gairah kelelakiaannya muncul. Bermula dari hanya rangkulan, peluk dan cium, hingga akhirnya darah kami memanas, gejolak liar kami mulai muncul dan hasratpun terpuaskan dengan segala nafsu yang melenakan hingga kami akhirnya menghentikan rangkulan erat kami bersamaan dengan peluh yang membasahi tubuh, dan nodapun terpapar ditubuh kami bedua.

Menyesal memang menjadi bagian dari akhir perbuatan itu, tetapi air mata sesaat itu tak lantas tak menyurutkan kami untuk kembali mengulanginya. Ya…disetiap kesempatan kami selalu melepaskan hasrat yang menggebu, walau kami berdua sadar betul bahwa hal itu sebenarnya tak dapat dibenarkan. Bukan saja karena  Ryan adalah pacar temanku, tetapi juga karena tak sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama.

Sampai saat ini aku tak pernah bisa menolak keinginanku untuk tetap menjalin hubungan asmara dengannya. Bisa dibilang penyesalan yang  awalnya hadir kini sudah sirna tak berbekas, justru rasa cinta yang hadir semakin lama semakin mengkristal. Bisa dibilang Ryan adalah cinta pertamaku yang wajahnya selalu hadir dimanapun dan kapanpun dan kejadian malam itu begitu meninggalkan bekas yang mendalam dikehidupan aku.

Walau pada akhirnya aku hanya mendapatkan kenyataan pahit yang membentang karena ia telah menjadi milik perempuan lain. Sungguh saat ini aku benar-benar merasa frustasi menghadapi kenyataan bahwa sekarang ia hanya mencintai sahabtaku dan mencampakan aku bagaikan sampah yang tak memiliki nilai sepeserpun.

Tapi sikapnya yang begitu hangat saat kami sedang berdua dan begitu dingin bila kami berada ditengah-tengah keramaian bersama sahabat-sahabat kami membuat aku menjadi semakin bingung, mungkinkah Ryan memendam perasaan yang sama denganku, atau ia hanya ingin memanfaatkan kehangatan tubuhku semata, sampai saat ini aku tak pernah tahu karena Ryan tak pernah mengungkapkan perasaannya kepadaku, selain kehangatan-kehangatan yang pernah ia berikan.

Ingin rasanya aku berteriak dan mengatakan betapa bodohnya diri ini.....tapi di sisi lain aku berpikir bukankah dahulu itu keinginanku untuk memilikinya...??? jadi harus bagaimana sekarang...? siapa yang harus di salahkan, aku atau Ryan? Seandainya aku tahu dari awal akan terjadi seperti ini, mungkin sudah kukubur perasaan cinta ini terhadap Ryan, tapi kenyataannya sampai detik ini aku tak bisa melupakan semuanya, bahkan semakin mencintainya lebih dari apapun……. [Vivi Tan / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA