Usia bisa demikian panjang, tentu berkaitan dengan pola hidup, pola makan, di samping kondisi fisiknya.
"Saya tidak pernah punya pantangan makan, tetapi selalu membatasi hanya makan dua kali sehari, dan itu cukup bagi tubuh kita," katanya dalam wawancara 6 Oktober 2010. "Dalam hidup, pikiran lebih penting daripada makanan. Gunakan pikiran untuk mengendalikan tubuh Anda. Mind and body adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan; gunakanlah secara seimbang. Gunakanlah terus keduanya sepanjang hidup. Buatlah mereka terus sibuk, selama mungkin."
Adakah ajaran lain yang bisa dibagikan kepada kita-kita yang lebih muda?
"Terimalah perubahan, meski itu menampar muka Anda. Yakinlah bahwa setiap perubahan itu baik."
"Bekerjalah selama mungkin. Dengan begitu Anda akan terus mendapatkan hasilnya."
"Bantulah orang lain. Semakin banyak Anda mengulurkan bantuan, jiwa Anda makin sehat."
Lalu, setelah semua saran itu diikuti, kiat apakah yang menjadi kunci panjang umur?
"Jangan takut mati. Banyak orang takut akan kematian, tapi saya menerimanya. Saya belajar ini dari kakek saya. Dia bilang, 'Semua orang akan mati, dan saya juga akan mati. Setiap saat.' Ya, kita memang hidup untuk mati."
Tentu bukan kematian sia-sia yang kita sambut dengan senang, tapi kematian yang datang setelah kita mengisi hidup dengan kebaikan. Walter Breuning mengalaminya setelah menjalani hidup selama 114 tahun. Hidup kita mungkin tidak sama dengan dia, tapi kita bisa memiliki kesiapan yang sama. [Caroline Chan / Bandung]