KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 02 April 2012

HIDUP UNTUK MATI

Walter Breuning meninggal dunia di sebuah panti jompo di Great Falls, Montana, AS, pada 14 April 2011. Ia bukanlah orang penting, bukan orang kaya, bukan artis, bukan pula tokoh supertenar. Nama Walter Breuning tercatat di Guinnes Book of World Record edisi 2010 sebagai pria tertua di dunia. Ia meninggal pada usia 114 tahun. Istrinya, Agnes, telah meninggal pada tahun 1957 setelah pernikahan mereka berjalan 35 tahun tanpa dikaruniai anak. Sejak itu Walter tidak pernah menikah lagi.

Usia bisa demikian panjang, tentu berkaitan dengan pola hidup, pola makan, di samping kondisi fisiknya.

"Saya tidak pernah punya pantangan makan, tetapi selalu membatasi hanya makan dua kali sehari, dan itu cukup bagi tubuh kita," katanya dalam wawancara 6 Oktober 2010. "Dalam hidup, pikiran lebih penting daripada makanan. Gunakan pikiran untuk mengendalikan tubuh Anda. Mind and body adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan; gunakanlah secara seimbang. Gunakanlah terus keduanya sepanjang hidup. Buatlah mereka terus sibuk, selama mungkin."

Adakah ajaran lain yang bisa dibagikan kepada kita-kita yang lebih muda?

"Terimalah perubahan, meski itu menampar muka Anda. Yakinlah bahwa setiap perubahan itu baik."

"Bekerjalah selama mungkin. Dengan begitu Anda akan terus mendapatkan hasilnya."

"Bantulah orang lain. Semakin banyak Anda mengulurkan bantuan, jiwa Anda makin sehat."

Lalu, setelah semua saran itu diikuti, kiat apakah yang menjadi kunci panjang umur?

"Jangan takut mati. Banyak orang takut akan kematian, tapi saya menerimanya. Saya belajar ini dari kakek saya. Dia bilang, 'Semua orang akan mati, dan saya juga akan mati. Setiap saat.' Ya, kita memang hidup untuk mati."

Tentu bukan kematian sia-sia yang kita sambut dengan senang, tapi kematian yang datang setelah kita mengisi hidup dengan kebaikan. Walter Breuning mengalaminya setelah menjalani hidup selama 114 tahun. Hidup kita mungkin tidak sama dengan dia, tapi kita bisa memiliki kesiapan yang sama. [Caroline Chan / Bandung]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA