KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 01 Desember 2011

CHINESE CRY (6A): GARA-GARA ANGPAO AKU TERIKAT SEUMUR HIDUP

Sebuah topi berwarna biru tampak kontras di antara hijaunya rerumputan. Dulu, untuk melepas kerinduannya terhadap Yogi, saat pulang dari penggilingan mata Imei harus jelalatan ke sana-sini untuk menemukan keberadaan Yogi, namun sejak Yogi memakai topi biru itu Imei tak perlu  mencari lagi. Topi biru berarti kepalanya Yogi. Imei tertawa mengingat idenya yang konyol itu.

Suatu sore di bulan Oktober, saat Imei dan Akung pulang dari penggilingan, terlihat suasana rumah agak lain. Lan Nio berkata dengan wajah gembira,

"Hari ini terasa istimewa. Coba kalian tebak, apa yang terjadi ?"

Akung  tak terlalu menanggapi pertanyaan istrinya, sikapnya adem saja. Ia menggantung topinya dan duduk  di kursi.

"Aku tahu, ada famili jauh datang!" tebak Imei.

Lan Nio  tak sabaran ingin mengabarkan kabar gembira itu, ia segera berseru, " Luk, keluarlah !"

Dari balik dapur Lukman berjalan keluar dengan sikap  malu-malu. Imei segera berlari dan memegang tangan Abangnya dengan gairah meluap-luap. Ia kangen berat terhadap Abangnya.

"Koko Luk, kapan pulang ?"

"Barusan," jawab Lukman pendek.

Akung menoleh sejenak menatap anaknya, kemudian menyeruput teh panas yang tersedia di meja. " Pulang juga kamu !" dengusnya  dengan suara tak senang.

"Aku pulang untuk menjenguk Mama." Suara Lukman agak bergetar ketika mengucapkannya. Sikap takut-takutnya sama seperti  sebelum pergi.

"Luk, Mei! Pergilah mandi. Sebentar lagi kita akan makan bersama." Lan Nio berusaha mencairkan kebekuan setelah melihat sambutan suaminya  dingin. Lukman menuruti kata-kata Lan Nio. Akung masih duduk di ruang tamu.  Wajahnya  seperti sedang berpikir keras.

Saat makan malam tiba, Imei menatap Akung dan Lukman bergantian. Keduanya diam membisu. Tidak terjadi insiden  saat makan malam. Semua makan dengan lahap. Sesekali  sudut mata Lukman melirik Papanya. Akung tampak tak peduli. Insiden justru terjadi setelah makan malam selesai. Ini memang kebiasaan Akung karena di saat makan ia tak suka membicarakan sesuatu.

"Aku sudah bosan didesak  Ong Sui tentang perjodohan kalian. Sekarang kamu sudah pulang. Pergilah ke rumah Sun Ni dan jelaskan ke mana kamu menghilang selama ini." Akung menatap anaknya tanpa kedip, sementara Lukman menundukkan wajah dan mulai terlihat kacau.

"Tak perlu dijelaskan, Papa. Sejak dulu aku merasa tak pernah mempunyai ikatan dengan mereka. Kenapa  harus membuat penjelasan ?" tolak Lukman.

"Aku sudah menyuruh comblang berbicara tentang pertunangan kalian, itu kamu katakan belum ada ikatan ?" suara Akung mulai meninggi.

"Papa yang memutuskan hal itu. Aku tak terlibat. Papa saja yang memberi penjelasan pada mereka. Pokoknya, sampai saat ini aku tetap pada pendirianku, tak mau dijodohkan! " suara Lukman terdengar lantang.

"Jadi, kamu pulang ini hanya untuk mengatakan hal ini ?" tantang Akung.

"Sudah kukatakan, Aku pulang untuk menjenguk Mama, bukan untuk membicarakan masalah jodoh."

"Kamu mempermalukan orangtua! Anak macam kamu ini! [Deri Chua / Jakarta / Tionghoanews]


Sambungan: 1A/1B, 2A/2B, 3A/3B, 4A/4B, 5A/5B, 6A/6B, 7A/7B, 8A/8B, 9A/9B, 10A/10B, 11A/11B, 12A/12B, 13A/13B, 14A/14B, 15A/15B

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA