Suatu sore di bulan Oktober, saat Imei dan Akung pulang dari penggilingan, terlihat suasana rumah agak lain. Lan Nio berkata dengan wajah gembira,
"Hari ini terasa istimewa. Coba kalian tebak, apa yang terjadi ?"
Akung tak terlalu menanggapi pertanyaan istrinya, sikapnya adem saja. Ia menggantung topinya dan duduk di kursi.
"Aku tahu, ada famili jauh datang!" tebak Imei.
Lan Nio tak sabaran ingin mengabarkan kabar gembira itu, ia segera berseru, " Luk, keluarlah !"
Dari balik dapur Lukman berjalan keluar dengan sikap malu-malu. Imei segera berlari dan memegang tangan Abangnya dengan gairah meluap-luap. Ia kangen berat terhadap Abangnya.
"Koko Luk, kapan pulang ?"
"Barusan," jawab Lukman pendek.
Akung menoleh sejenak menatap anaknya, kemudian menyeruput teh panas yang tersedia di meja. " Pulang juga kamu !" dengusnya dengan suara tak senang.
"Aku pulang untuk menjenguk Mama." Suara Lukman agak bergetar ketika mengucapkannya. Sikap takut-takutnya sama seperti sebelum pergi.
"Luk, Mei! Pergilah mandi. Sebentar lagi kita akan makan bersama." Lan Nio berusaha mencairkan kebekuan setelah melihat sambutan suaminya dingin. Lukman menuruti kata-kata Lan Nio. Akung masih duduk di ruang tamu. Wajahnya seperti sedang berpikir keras.
Saat makan malam tiba, Imei menatap Akung dan Lukman bergantian. Keduanya diam membisu. Tidak terjadi insiden saat makan malam. Semua makan dengan lahap. Sesekali sudut mata Lukman melirik Papanya. Akung tampak tak peduli. Insiden justru terjadi setelah makan malam selesai. Ini memang kebiasaan Akung karena di saat makan ia tak suka membicarakan sesuatu.
"Aku sudah bosan didesak Ong Sui tentang perjodohan kalian. Sekarang kamu sudah pulang. Pergilah ke rumah Sun Ni dan jelaskan ke mana kamu menghilang selama ini." Akung menatap anaknya tanpa kedip, sementara Lukman menundukkan wajah dan mulai terlihat kacau.
"Tak perlu dijelaskan, Papa. Sejak dulu aku merasa tak pernah mempunyai ikatan dengan mereka. Kenapa harus membuat penjelasan ?" tolak Lukman.
"Aku sudah menyuruh comblang berbicara tentang pertunangan kalian, itu kamu katakan belum ada ikatan ?" suara Akung mulai meninggi.
"Papa yang memutuskan hal itu. Aku tak terlibat. Papa saja yang memberi penjelasan pada mereka. Pokoknya, sampai saat ini aku tetap pada pendirianku, tak mau dijodohkan! " suara Lukman terdengar lantang.
"Jadi, kamu pulang ini hanya untuk mengatakan hal ini ?" tantang Akung.
"Sudah kukatakan, Aku pulang untuk menjenguk Mama, bukan untuk membicarakan masalah jodoh."
"Kamu mempermalukan orangtua! Anak macam kamu ini! [Deri Chua / Jakarta / Tionghoanews]
Sambungan: 1A/1B, 2A/2B, 3A/3B, 4A/4B, 5A/5B, 6A/6B, 7A/7B, 8A/8B, 9A/9B, 10A/10B, 11A/11B, 12A/12B, 13A/13B, 14A/14B, 15A/15B