KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 28 November 2011

CHINESE CRY (1A): SIAPA BILANG JADI ORANG CHINA ENAK

Dua ekor itik berenang dengan bebas di sebuah kolam berair tenang. Yang jantan berada di depan seakan-akan membimbing  agar tak salah jalan, yang betina mengikuti dengan setia. Sesekali cocor itik jantan menyosor ke dalam lumpur untuk menemukan makanan. Ketika paruhnya menemukan seekor cacing, dengan lagak pacar yang mesra, itik jantan menyodorkan temuannya pada betina. Itik betina menyambut  dengan malu-malu laksana putri  kasmaran yang sedang menerima persembahan setangkai anggur dari pangeran pujaan hatinya. Tapi itik jantan tak sepenuhnya rela menyerahkan temuannya, ia tetap menjepit cacing itu dengan paruhnya. Terjadilah adegan tarik-menarik. Cacing itu tertarik ke sana-sini, masing-masing tak mau mengalah, akhirnya putus di tengah. Masing-masing menarik bagiannya dan melahap separo cacing itu. Itik betina   menggerutu dengan suara 'kwek-kwek' mengomeli ketidakihklasan jantannya. Yang jantan merasa  malu sehingga memasukkan paruhnya ke dalam air, kemudian pura-pura mati dengan bagian dada terapung di atas permukaan air.

"Kwek Kwek kwekkkkkk !!!!" Itik betina berteriak dengan ributnya  menyangka jantannya benar-benar mati.

"Hahahahh… lucu, benar-benar lucu !" Yogi tertawa terbahak-bahak melihat adegan di depan matanya.

"Apa yang kamu tertawakan?" sebuah suara empuk bergema di belakangnya. Yogi menoleh. Tampak Imei sedang berdiri sambil menenteng sebuah keranjang. Imei sedang menatapnya.

"Eh, Mei! Aku tidak mendengar suara kedatanganmu. Aku sedang melihat itik."

"Apa yang lucu dengan itik-itik itu ?" tanya Imei dengan senyum ditahan-tahan.

"Tidakkah kamu melihat adegan lucu?" Yogi menghentikan tawanya dan menatap Imei, kemudian sudut matanya beralih ke kolam. Tampak olehnya itik jantan segera terbangun ketika tubuhnya di goyang-goyang oleh cocor itik betina, mungkin kasihan atau kegelian dikitik-kitik begitu.

"Apanya yang lucu ?" Imei mendelik ketika melihat Yogi  cengengesan sendirian. Yogi cepat-cepat memalingkan wajah.

"Kedua itik itu tingkahnya mirip manusia." Katanya pelan berusaha mengusir perasaan jengah,

"Siapa bilang mereka mirip manusia. Manusia takkan seegois itu. Masa ngasi makanan secuil saja masih ditahan tahan. Cis,  tak tahu malu!" kata Imei dengan suara mengejek.

"Siapa bilang  itik itu tak tahu malu. Coba lihat, itik jantan itu sangking malunya sampai  pura-pura mati!" bantah Yogi.

"Huh, pura-pura mati. Lelaki memang suka berpura-pura." Kata Imei tak mau mengalah.

"Aku pasti tak termasuk  golongan itu. Mestinya itik betina itu bersyukur karena sudah dibagi separo, eh,  dia malah mengomel tak karuan." Yogi membela diri.

"Menurut aku, kalau ngasinya tak ikhlas, mending tidak ngasi sama sekali." Imei mengemukakan pendapatnya.

"Menurut aku, lebih baik membagi seorang separo daripada tidak memberi sama sekali. Itu tandanya si jantan bertanggung jawab," serang Yogi.

"Yang jantan memang harus bertanggung jawab, dia kan kepala keluarga yang harus memberi makan istrinya." Skak Imei. Yogi merasa tersedak mendengar ucapan Imei. Ia meringis dan menoleh ke  kolam karena tidak ingin melanjutkan perdebatan.

"Sudah deh… kenapa kita yang ribut. Lihat, kedua itik itu sudah baikan !"  Yogi menunjuk ke kolam.

Imei menengok ke arah yang ditunjuk Yogi. Wajahnya bersemu merah. Di kolam suasananya sudah berubah. Kedua itik itu tampak berenang kembali dengan akurnya. Sesekali itik jantan menyodokkan cocornya ke tubuh betina. Mungkin mencari kutu, atau menciumi betina. Keduanya tampak mesra sekali. Imei tersipu melihat tingkah sepasang itik itu.

"Binatang kalau bertengkar cepat sekali akurnya. Tidak seperti manusia. Pertengkaran manusia berlarut-larut tak ada habisnya." keluh Yogi.

Seketika wajah Imei berkabut mendengar ucapan Yogi. Ia lari meninggalkan Yogi yang terperangah.

"Mei ! Mei ! Aku salah ngomong lagi, ya ?" seru Yogi.

Imei tidak mempedulikan Yogi. Ia terus berlari menuju rumahnya. Yogi tidak mengejar. Mengejar sama dengan memperuncing suasana. Setelah bayangan Imei menghilang di pertigaan, Yogi berjalan menuruni lereng sambil mengumpulkan itik-itiknya.

………

Desa Kertosari tidak terlalu besar. Kebanyakan penduduknya bertani. Sambil bertani mereka memelihara itik atau kambing sebagai pekerjaan sambilan. Di pinggir desa ada sebuah kolam besar. Dulunya kolam itu milik seorang saudagar kaya. Kini saudagar itu pindah ke kota, tanahnya dibiarkan begitu saja. Oleh penduduk setempat tambak ikan yang terbiar itu dijadikan kolam pemandian itik.

Imei mempunyai seorang abang dan dua orang adik. Ayah Imei  pemilik penggilingan padi, satu-satunya penggilingan di desa Kertosari. Semua penduduk Kertosari menggilingkan padi pada Pak Akung, demikianlah nama ayah Imei dipanggil. Hanya satu orang yang tidak menggilingkan padi pada  Akung, dialah Sobirin.  Sobirin  bapaknya Yogi.

Sobirin menggilingkan padi ke penggilingan desa tetangga. Perselisihan antara  Akung dan Sobirin telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak Imei dan Yogi belum lahir. Perselisihan Akung dan Sobirin merembet hingga ke keluarga mereka. Akung tak suka Imei bergaul dengan Yogi, begitu juga Sobirin melarang Yogi berdekatan dengan Imei. Walaupun demikian, keduanya selalu bersama sejak SD hingga SMA. Jarak rumah keduanya yang sejalan dan hanya berselisih 3 rumah membuat mereka selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.

Desa Kertosari berbatasan dengan 3 desa tetangga, hanya satu SMA yang dibangun pemerintah di  keempat desa itu. Pagi-pagi remaja desa-desa itu tampak berpakaian seragam  berjalan beriringan menuju SMA yang terletak  di simpang perbatasan  desa Kertosari. [Deri Chua / Jakarta / Tionghoanews]

Sambungan: 1A/1B, 2A/2B, 3A/3B, 4A/4B, 5A/5B, 6A/6B, 7A/7B, 8A/8B, 9A/9B, 10A/10B, 11A/11B, 12A/12B, 13A/13B, 14A/14B, 15A/15B

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA